Arsjad Rasjid Ungkap Pentingnya Sektor Kelautan
JAKARTA – Pengusaha nasional Arsjad Rasjid menyambut baik kebijakan pemerintah yang terus bergerak mendorong pembangunan di sektor maritim. Sektor ini sangat penting untuk mendukung perekonomian nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan Arsjad, seiring dengan peresmian tiga pelabuhan penyeberangan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, oleh Presiden Joko Widodo beberapa hari lalu. Selain pelabuhan, yang ikut diresmikan adalah satu kapal motor penumpang (KMP) di Dermaga Rakyat Wanci, Wakatobi.
Pelabuhan penyeberangan yang diresmikan berada di Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Wakatobi, yaitu Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa, Pelabuhan Penyeberangan Tomia, dan Pelabuhan Penyeberangan Binongko. Sedangkan KMP Sultan Murhum II yang diresmikan untuk melayani angkutan penyeberangan perintis sebanyak empat kali dalam satu minggu.
Arsjad menjelaskan, pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan melalui Peraturan Presiden No. 34 Tahun 2022 tentang Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Indonesia Tahun 2021-2025. Kebijakan yang dikeluarkan pada 4 Maret 2022 ini dikenal dengan istilah KKI atau Kebijakan Kelautan Indonesia jilid II.
Presiden Joko Widodo seolah ingin menegaskan kembali komitmennya terkait misi membangun poros maritim dunia. Pada intinya, misi tersebut bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat dan makmur.
“Sektor maritim Indonesia ini sangat penting, karena tidak hanya mendukung perekonomian nasional, terutama pergerakan orang dan barang di Indonesia,” ujar Arsjad, Jumat (10/6).
Apalagi, tegasnya, Indonesia memiliki wilayah perairan yang lebih luas ketimbang daratan. Total luas wilayah Indonesia sekitar 7,81 juta km2. Rinciannya: 3,25 juta km2 adalah lautan dan 2,55 juta km2 serta Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) atau jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia.
Arsjad mengungkapkan, sebagai negara maritim, tentunya pelabuhan memiliki peran strategis. Pelabuhan berperan sebagai ferry, yang mengerjakan kegiatan penyebrangan.
“Pelabuhan menjadi titik temu antara transportasi darat dan laut, peranan pelabuhan menjadi sangat vital dalam mendorong pertumbuhan perekonomian, terutama daerah, ujarnya.
Selain itu, lanjut Arsjad, Indonesia juga perlu memikirkan tentang transportasi laut untuk angkutan barang. Saat ini sektor tersebut masih dikuasai oleh pemain asing.
Mengacu pada data Bank Indonesia, rata-rata biaya yang dikeluarkan Indonesia mencapai US$7,8 miliar atau sekitar Rp113 triliun per tahun untuk mengangkut barang ekspor dan impor. Seluruh dana tersebut diserap oleh perusahaan asing.
“Ini nilai yang sangat fantastis. Jadi penting untuk digarap dengan serius,” ungkapnya.