E-Commerce di Indonesia Makin Bergairah

JAKARTA – Penduduk yang bertransaksi e-commerce atau jual dan beli melalui internet terus berkembang setiap tahun, walaupun masih terhitung rendah. Karena itu, peluang pengembangannya ke depan masih sangat terbuka.

Menurut catatan Bank Indonesia, pada 2021 nilai e-commerce di Indonesia mencapai Rp410 triliun. Pertumbuhannya sekitar 396,3% dalam lima tahun atau dibandingkan 2017. Tahun ini diperkirakan menjadi Rp526 triliun.

Pengusaha nasional Arsjad Rasjid menuturkan, pesatnya perkembangan transaksi e-commerce tersebut menegaskan satu hal penting: digitalisasi atau proses pemanfaatan sistem digital dalam kehidupan sosial dan ekonomi terus mengalir tak terbendung. Bahkan arusnya kian deras.

“Kita harus siap menghadapinya. Masyarakat Indonesia yang kreatif serta didukung oleh keragaman varian hasil produksi yang khas di banyak daerah, harus mampu mewarnai perkembangan digitalisasi e-commerce tersebut,” katanya, Jumat (29/7/2022).

Pesatnya perkembangan e-commerce juga terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS). Pada 2021 misalnya, sekitar 33,5 juta penduduk melakukan transaksi perdagangan elektronik atau jual-beli menggunakan internet. Jumlah tersebut lebih tinggi 30,3% dibandingkan 2020 atau naik 60,8% dari 2019 yang sebanyak 20,8 juta orang.

Sedangkan dalam tiga tahun terakhir (2019-2021), penduduk Indonesia yang bertransaksi melalui e-commerce dapat dikatakan masih kecil, yaitu rata-rata per tahun hanya 9,9% dari total penduduk. “Ini menunjukkan ruang berkembangnya masih sangat besar,” ungkap Arsjad.

Apalagi, lanjutnya, tren penduduk Indonesia yang melakukan transaksi e-commerce terus meningkat. Pada 2019, hanya 7,8% atau 20,8 juta orang dari total penduduk Indonesia yang melakukan transaksi, baik jual maupun beli. Kemudian melesat hingga mencapai 33,5 juta orang di tahun 2021 atau sekitar 12,3% dari total penduduk.

Pertumbuhan jumlah pelaku e-commerce yang konsisten itu, papar Arsjad, merupakan pertanda yang baik. Ke depan, masih ada ruang untuk terus berkembang seiring dengan pemulihan ekonomi yang masih terus berlangsung.

Dia juga mengingatkan bahwa penguatan ekonomi digital termasuk e-commerce di Indonesia yang memiliki peluang besar, masih menyisakan sejumlah tantangan. “Di antaranya dari sisi infrastruktur dan keterampilan tenaga kerja,” ujarnya.

Arsjad menguraikan, terkait dengan infrastruktur, saat ini masih ada kesenjangan. Secara nasional, rata-rata penduduk yang mengakses internet mencapai 58,3% dari total penduduk. Dengan demikian, ada wilayah kabupaten/kota yang jumlah penduduknya mengakses internet sangat tinggi, ada pula yang masih rendah.

Berkenaan dengan tenaga kerja, Arsjad menilai bahwa Indonesia masih kekurangan talenta di sektor teknologi komunikasi. Sebagai contoh, sarjana di bidang sains, teknologi, teknik, maupun matematika, masih kurang. Akibatnya, perusahaan teknologi yang berkembang pesat kesulitan untuk menyerap talenta lokal.

“Ini pekerjaan rumah kita semua, dari pemerintah hingga dunia usaha. Kita harus berkolaborasi untuk mengatasi bersama untuk Indonesia maju,” tegasnya.