Langkah Antisipasi Indonesia Hadapi Krisis Global dan Hindari Resesi
JAKARTA–Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus membaik. Airlangga yakin Indonesia aman dari resesi pada 2022. Namun, proyeksi stagflasi dan resesi perekonomian global tidak boleh lengah diantisipasi, terutama dampaknya bagi Indonesia pada tahun depan.
Pandemi Covid-19 dan Konflik Rusia-Ukraina turut memperparah disrupsi pasokan pangan dan energi. Ditambah kebijakan berbagai negara yang menerapkan pembatasan ekspor komoditas esensial serta kebijakan zero covid policy (lockdown) di Tiongkok.
“Di tengah berbagai tantangan global yang masih berlangsung, indikator ekonomi Indonesia mengonfirmasi bahwa ekonomi diproyeksikan masih menguat dan peluang resesi indonesia sangat kecil jika dibanding negara lain. Kita juga telah melihat keberlanjutan perbaikan dalam pemulihan ekonomi Indonesia setelah pandemi,” kata Menko Airlangga dalam diskusi dengan tema Antisipasi Indonesia Terhadap Potensi Krisis Global, Kamis (4/8/2022).
Airlangga meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2022 dapat mencapai kisaran 5,3 persen hingga 5,9 persen, lebih tinggi daripada proyeksi awal pemerintah di kisaran 5 persen hingga 5,2 persen. Hal ini ditopang keyakinan bahwa konsumsi masyarakat akan terus tumbuh pada paruh kedua tahun 2022.
Sebelumnya, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Arsjad Rasjid mengatakan konflik Rusia-Ukraina dapat menghambat upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Tak hanya itu, konflik politik juga telah berimbas dan menyebabkan terjadinya krisis pangan global.
Kata Arsjad, sejumlah komoditas bahan pangan seperti kedelai dan gandum mulai mengalami kelangkaan. Hal itu disebabkan berkurangnya pasokan dan produksi bahan pangan di beberapa negara akibat kemarau panjang, ditambah lagi dengan kelangkaan pasokan minyak akibat perang.
Dia mengatakan krisis menyebabkan inflasi global, ditandai dengan kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Inflasi yang tinggi dapat melemahkan daya beli masyarakat dan dampaknya paling dirasakan oleh masyrakat yang kurang mampu dan berpotensi menyebabkan krisis sosial, di mana terjadi risiko peningkatan angka kemiskinan dan kesenjangan sosial yang semakin melebar.
Selain itu, proteksi bahan pangan masing-masing negara sudah mulai dilakukan. Tidak ada lagi slogan pro-ekspor untuk bahan pangan. Fenomena ini dikhawatirkan akan berdampak sistemik baik berupa krisis sosial maupun politik.
“Kadin Indonesia akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dalam upaya pencegahan dan meminimalisir krisis pangan, sehingga tidak berdampak menjadi krisis sosial, yang kemudian bisa menjadi krisis politik dalam negeri,” kata Arsjad
Arsjad menambahkan, Kadin Indonesia akan selalu berkoordinasi dengan pemerintah, terutama dalam penguatan ketahanan pangan Indonesia di sektor pertanian. Dia mengungkapkan Kadin memiliki sebuah program pendampingan UMKM dengan skema close loop yang ditujukan untuk membina para petani, serta menciptakan kerja sama antara perusahaan besar maupun kecil dengan para petani di Indonesia. Program inklusif ini diharapkan dapat meningkatkan ketangguhan petani di Indonesia di tengah tantangan inflasi dan perubahan iklim.
“Walaupun dampak inflasi di Indonesia relatif kecil dibanding dengan inflasi global dan di negara lain, Indonesia harus bersiap diri dan mengantisipasi terhadap imbas inflasi global,” ujarnya.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, Arsjad mengatakan dibutuhkan gotong royong, dialog sosial dan kerjasama antara berbagai pihak termasuk pemerintah, pelaku usaha, buruh untuk menghadapi tantangan krisis ini. Kerja sama antar negara juga sangat penting. Indonesia dalam hal ini memegang peran yang kritikal dalam mempererat kerjasama ekonomi international, terutama melalui Presidensi G20 2022.
“Kadin Indonesia sebagai penyelenggara Business Forum B20, mengajak seluruh negara anggota G20 untuk ikut dalam dialog perumusan solusi pemulihan dan penguatan ekonomi global,” ucap Arsjad.
Arsjad menyatakan Indonesia melalui B20 tahun ini berkomitmen untuk memerangi pandemi dan ekonomi krisis ini melalui hasil kerja yang konkret dan nyata melalui investasi dan proyek kerjasama lainnya di bidang transisi energi, infrastruktur kesehatan, digital dan inklusif ekonomi.