Arsjad Beberkan Tantangan Pengembangan Digital

JAKARTA – Pengusaha nasional Arsjad Rasjid mengungkapkan, pengembangan digitalisasi saat ini merupakan keharusan yang tak dapat ditolak, karena jika diabaikan dampaknya sangat buruk bagi perusahaan. Saat ini sudah banyak perusahaan bangkrut karena tak mampu beradaptasi.

Pernyataan itu disampaikan terkait pelaksanaan dengan forum dialog B20 Indonesia Digitalization Task Force, Kamis (7/7/2022). Pertemuan yang digelar secara hibrid tersebut membahas sejumlah rekomendasi yang disiapkan B20 Indonesia Digitalization Task Force selama beberapa rangkaian diskusi panel yang sudah dijalankan. Business 20 (B20) adalah forum dialog resmi G20 dari komunitas bisnis global.

“Dunia telah berubah karena disrupsi teknologi. Banyak perusahaan yang akhirnya bangkrut atau diakuisisi karena tidak bisa mengikuti tren digitalisasi,” ujar Ketua Dewan Penasihat B20 itu.

Di Indonesia, kondisi seperti itu juga terjadi, bahkan banyak menimpa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Padahal, UMKM merupakan tulang punggung perekonomian nasional yang mampu menyerap sekitar 97% tenaga kerja Indonesia. Saat ini ada sekitar 64,2 juta UMKM, yang berkontribusi 61% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Akibat pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2020, banyak UMKM yang terempas. Kebijakan pembatasan aktivitas sosial masyarakat membuat sektor usaha tersebut kehilangan konsumen, sampai akhirnya tak mampu lagi bertahan.

“Namun pandemi juga menjadi berkah tersendiri bagi sebagian UMKM yang berhasil bertransisi ke e-commerce atau mengadopsi penjualan secara digital,” kata Arsjad.

Survei Bank Indonesia (BI) pada 2021 mengungkapkan bahwa 20% UMKM Indonesia mampu memitigasi dampak pandemi dengan melakukan digitalisasi bisnis/usaha serta memanfaatkan media pemasaran online.  Dari sisi sisi penawaran, ungkap hasil survei, adopsi transaksi nontunai seperti kartu debit dan uang elektronik mengalami peningkatan pesat antara lain tercermin melalui nominal transaksi QRIS Desember 2021 yang mencapai Rp27,7 triliun (atau meningkat 237% per tahun).

Pentingnya digitalisasi, ungkap Arsjad, bukan hanya membuat perusahaan dapat bertahan saat ini, tetapi juga akan mendorong perekonomian nasional. “Ini potensi besar yang ada di depan mata, dan harus kita perjuangkan,” tegasnya.

Untuk mewujudkannya, lanjut Arsjad, persoalan kesenjangan infrastruktur digital haus diatasi. Saat ini belum merata secara geografis, karena lebih terpusat di kota-kota besar. Tantangan lainnya, yaitu kurangnya keterampilan atau literasi digital yang membuat Indonesia menghadapi kekurangan pekerja terampil di sektor teknologi digital.

“Kami mengajak komunitas bisnis dapat mengambil bagian dalam berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur digital dan konektivitas di seluruh negeri,” ujarnya.