Arsjad Rasjid dan Imam Masjid Istiqlal Bahas Vokasi Pesantren
JAKARTA–Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid mengunjungi imam besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, Rabu (24/8/2022). Dalam pertemuan itu, Arsjad dan Nasaruddin membahas mengenai pengembangan pendidikan vokasi di tingkat pesantren.
Arsjad mengharapan dunia pendidikan, termasuk pesantren mampu menciptakan tenaga kerja yang sesuai dengan dunia usaha. “Agar para santri lebih siap menghadapi industri 4.0 dan society 5.0,” kata Arsjad.
Arsjad mengatakan perlunya peran aktif pengusaha nasional dalam menyediakan pendidik dan infrastruktur yang memenuhi standar kompetensi kerja.
Indonesia, kata Arsjad, memiliki kekayaan yang melimpah dari sisi sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Hingga pertengahan 2022, jumlah penduduk Indonesia 275,77 juta jiwa yang mayoritas kelompok usia produktif.
Arsjad menegaskan komitmen KADIN untuk mengembangkan pendidikan vokasi agar kompetensi dan sumber daya wirausaha muda bisa semakin ditingkatkan. Sejalan dengan salah satu pilar yang diusungnya, yakni meningkatkan kewirausahaan dan kompetensi, upaya ini juga dilakukan untuk membantu memulihkan ekonomi nasional.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Arsjad sebagai anggota Tim Tim Koordinasi Nasional Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. Asrjad menjadi anggota bersama dengan lima menteri Jokowi lainnya, seperti tertuang dalam Pasal 19, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.
“Secara organisasi KADIN Indonesia terlibat untuk bisa melakukan perbaikan dalam pendidikan vokasi, termasuk menyelaraskan pendidikan dan pelatihan vokasi sehingga tenaga kerja memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan pada akhirnya dapat menekan pengangguran,” ujar Arsjad.
Arsjad berpendapat tenaga kerja Indonesia harus mampu beradaptasi pada era revolusi industri 4.0. Apalagi, saat ini adopsi digitalisasi perusahaan Indonesia baru sebesar 20 persen, sedangkan di negara lain seperti Singapura, Korea, dan Tiongkok sudah mencapai 40 persen. Untuk itu, agar SDM tetap mampu bersaing di era digital, perlu menambah kemampuan dengan cara reskilling atau upskilling.
Dengan pelatihan vokasi yang dikembangkan secara luas di berbagai kota, Arsjad juga berharap dapat mendorong minat masyarakat untuk berwirausaha, sehingga mampu membuka lapangan kerja baru dan menekan angka pengangguran.
Menurut Arsjad, ke depan, KADIN bisa meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah, akademisi, juga berbagai komunitas masyarakat untuk mengoptimalkan pelatihan vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja dan dunia industri.
“Kolaborasi antara dunia usaha dengan dunia pendidikan sangat penting karena zamannya sudah beda sehingga prosesnya berubah ditambah teknologi berubah dengan cepat. Dengan demikian ada link and match atau menghubungan antara universitas dengan dunia usaha supaya sejalan dengan apa yang diperlukan oleh dunia usaha saat ini,” kata Arsjad.