KADIN Ajak Milenial Jadi Petani Masa Kini
JAKARTA–Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia mengajak generasi milenial untuk terjun menjadi petani masa kini, yang mengandalkan inovasi dan kolaborasi dalam rangka regenerasi pertanian andal di wilayah perdesaan Indonesia.
Ketua Umum KADIN, Arsjad Rasjid mengatakan, ajakan tersebut tidak lepas dari upaya KADIN yang menjembatani kolaborasi regulator, institusi keuangan, dan perusahaan-perusahaan. Caranya, melalui Wiki-Wirausaha untuk membantu pengembangan usaha para wirausaha muda.
Arsjad berpendapat bahwa generasi milenial saat ini adalah pemikirannya yang terbuka terhadap inovasi dan kolaborasi, yang didasarkan pada perkembangan digital saat ini.
“Dengan cepat, milenial dapat menyerap pertanian masa kini berbasis smart farming 4.0 untuk meningkatkan produktivitas dan menggunakan jejaring digital untuk memperluas pemasaran,” ujar Arsjad dalam keterangannya, Jumat (9/10/2022).
Arsjad menambahkan, ajakan menjadi petani milenial merupakan jawaban dari suara kaum milenial di forum Youth 20 (Y20) Indonesia. Forum Y20 merupakan delegasi generasi muda dari negara G20 yang berlangsung pada Mei 2022. Forum itu menggarisbawahi tantangan lapangan pekerjaan bagi kaum muda dan pentingnya membuka akses pendidikan, peningkatan keterampilan, program pelatihan bagi kaum muda.
Y20 juga menekankan dukungan bagi para pengusaha pemula, kaum muda. Pengusaha muda dan pemula memerlukan nasihat dan dukungan bisnis. Dukungan itu bisa berupa ide hingga menghubungkan dengan pembiayaan jangka panjang, pengusaha, serta investor sebagai mentor dan inkubator untuk mencapai keberlanjutan
Arsjad menambahkan Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian memiliki program petani milenial yang bertujuan mendorong generasi muda untuk terjun di sektor pertanian. Program tersebut telah menjangkau hampir 1 juta pemuda dan pemudi menjadi petani masa kini
“Sebagai rumah bagi pelaku usaha, KADIN membuka pintu lebar-lebar bagi milenial untuk belajar, menimba pengalaman dari para senior, serta memupuk kolaborasi dengan berbagai pelaku usaha,” kata Arsjad.
Upaya KADIN untuk mendorong wirausaha muda, antara lain melalui sejumlah proyek kemitraan inclusive-closed loop, seperti dilakukan para petani hortikultura di Garut. Arsjad mengatakan skema inclusive closed loop bertujuan meningkatkan produksi komoditas pangan secara berkelanjutan.
Skema inclusive closed loop terdiri dari praktik pertanian, penyediaan akses bibit dan pupuk unggul, dukungan pendanaan, dan pendidikan literasi keuangan, serta dibarengi dengan dukungan teknologi tepat guna dan jaminan pembelian (offtaker) oleh perusahaan yang memberikan pendampingan.
Pendampingan itu meningkatkan produktivitas hingga 12 – 15% dan memberikan keuntungan signifikan sebesar Rp120 juta per periode panen. Keuntungan tersebut naik 27% setelah tersentuh program kemitraan melekat tersebut.
Program KADIN lainnya adalah pertanian cabai yang digerakkan oleh perusahaan rintisan Crowde di Ciawi, Bogor. Crowde bekerja sama dengan BUMDes dan Kadin membantu petani berproduksi dan membuka akses pasar mereka.
Crowde memberikan pendampingan melibatkan para ahli, sarana produksi pertanian melalui mitra toko tani, serta membuka akses pasar yang didukung oleh 158 mitra off-taker Crowde yang menyalurkan hasil panen ke kanal retail modern dan industri pengolahan.
Dengan pendampingan intensif menggunakan teknologi, terjadi ekspansi penanaman lima kali, dari 1 hektare menjadi 5 hektare dan menghasilkan kenaikan pemasaran dua kali lipat, dari Rp30 juta per hektare menjadi Rp60 juta per hektare.