JAKARTA–Industri furnitur Indonesia masih kalah saing dibandingkan negara tetangga Vietnam. Kendati memiliki sejumlah bahan baku yang potensial, industri mebel Indonesia belum berkembang dan menguasai pangsa pasar dunia.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid yang juga Ketua Forum ASEAN Business Advisory Council (BAC) 2023 mengatakan, kerja sama antara pemerintah dan pengusaha harus dipererat dalam rangka membenahi sektor industri furnitur akan lebih berbicara di kancah internasional.
Pada tahun lalu, ekspor furniture Indonesia mampu mencapai US$3,5 miliar dan pada 2024 ditargetkan mencapai US$5 miliar. Target tersebut masih kalah jauh dibandingkan ekspor mebel Vietnam yang telah tembus US$18 miliar pada tahun lalu. Padahal, Vietnam bukan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam sebagai bahan baku.
“Sejumlah persoalan seperti perizinan bahan baku kayu menjadi tantangan di dalam negeri. Produksi mebel sangat bergantung dari ketersediaan bahan baku yang diperbolehkan untuk diekspor sesuai standar internasional,” ujar dia.
Arsjad menambahkan, pihaknya menyambut baik langkah pemerintah yang ingin mendorong perluasan pasar ekspor mebel Indonesia. Rencana tersebut bakal direalisasikan melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
Namun, langkah tersebut harus disertai dengan pembenahan tata niaga bahan baku kayu yang sejalan dengan kebutuhan industri mebel di Tanah Air. Dengan demikian, ada perbaikan yang signifikan, baik di sisi hulu maupun hilir, yang berorientasi pada kebutuhan di pasar internasional.
“Saya yakin industri mebel Tanah Air lebih mampu memenuhi kebutuhan pasar global. Hanya saja perlu ada sinergi yang kuat antarlembaga, instansi, asosiasi, dan pengusaha sehingga berbagai tantangan multisektoral dapat teratasi dan pelaku usaha bisa fokus menggenjot produk ekspor,” tegas dia.