Pengangguran Terbuka Dikuasai Sarjana, Optimalkan Pendidikan Vokasi
JAKARTA–Gap antara kebutuhan industri dan produk lulusan perguruan tinggi di Indonesia yang masih melebar menjadi penyebab tingginya pengangguran terbuka dengan status sarjana.
Kondisi ini harus dapat diatasi, menyusul daya saing global yang terus meningkat dan keterbukaan terhadap pasar bebas dengan kemungkinan tenaga kerja asing bisa bebas bekerja di manapun.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, Indonesia memiliki bonus demografi lantaran penduduk usia muda dan produksi menjadi golongan yang dominan di Indonesia saat ini. Indonesia, kata Arsjad, memiliki kekayaan yang melimpah dari sisi sumber daya manusia maupun sumber daya alam.
Jumlah penduduk Indonesia mencapai 275,77 juta jiwa yang mayoritas kelompok usia produktif. Namun, bonus demografi tersebut tidak sejalan dengan penyerapan angka tenaga kerja, karena para sarjana lebih banyak bekerja di luar kompetensinya.
“Lulusan universitas menyumbang 8 persen dan lulusan SMK sebanyak 9,4 persen dari total penggangguran terselubung di tanah Air. Tidak adanya link and match antara pengguruan tinggi dan SMK dengan kebutuhan industri menjadi penyebab utama,” ujar dia.
Arsjad menambahkan, langkah pembenahan harus segera dilakukan. Kebutuhan SDM yang berkualitas menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi. Karena itu, kolaborasi antara dunia pendidikan, kebutuhan usaha dan industri (DUDI) harus terus didorong sehingga muncul tenaga kerja yang dapat langsung diserap oleh industri dan pelaku usaha.
“KADIN Indonesia terus memfasilitasi agar terjadi kolaborasi tersebut antara pemerintah, institusi dan asosiasi pelaku usaha untuk penyediaan tenaga kerja yang sesuai kondisi,” tegasnya.
Arsjad menegaskan komitmen KADIN untuk mengembangkan pendidikan vokasi agar kompetensi dan sumber daya wirausaha muda bisa semakin ditingkatkan. Sejalan dengan salah satu pilar yang diusungnya, yakni meningkatkan kewirausahaan dan kompetensi, upaya ini juga dilakukan untuk membantu memulihkan ekonomi nasional.
Seperti diketahui, baru-baru ini KADIN Indonesia menandatangani kerja sama bersama 27 Politeknik di seluruh Indonesia. Kerja sama tersebut dalam rangka mengimplementasikan vokasi pendidikan yang tepat, dengan target menghasilkan tenaga kerja yang kompeten, produktif, dan berdaya saing menuju Indonesia Emas 2045.
Menurut Arsjad, ke depan, KADIN bisa meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah, akademisi, juga berbagai komunitas masyarakat untuk mengoptimalkan pelatihan vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja dan dunia industri.