JAKARTA–Pengusaha nasional, Arsjad Rasjid mengatakan, optimistis industri halal di Indonesia bakal menjadi terdepan di dunia.
Keyakinan Arsjad itu berdasarkan hasil the Global Islamic Economy Indicator (GIEI) yang menempatkan Indonesia pada urutan ketiga dunia di bawah Malaysia dan Arab Saudi.
Indonesia masuk tiga besar pada the Global Islamic Economy Indicator (GIEI) dalam State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2023, naik satu peringkat dibandingkan 2022. Laporan itu dirilis oleh DinarStandard di Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa (26/12/2023).
“Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, saya optimistis Indonesia punya potensi besar untuk jadi yang terdepan,” kata Arsjad.
Arsjad mengatakan keberhasilan Malaysia menempati urutan puncak merupakan kombinasi dari berbagai faktor. Selain ekosistem yang kondusif, dukungan pemerintah juga sangat kuat.
Malaysia membangu lembaga dan infrastruktur khusus untuk mendukung industri halal dan keuangan Islam seperti Halal Development Corporation (HDC). Ada juga International Islamic Liquidity Management Corporation yang membantu meningkatkan likuiditas pasar keuangan syariah global.
Pemerintah Malaysia juga memberikan berbagai insentif kepada pelaku usaha dan investor di sektor ekonomi Islam seperti keringanan pajak dan subsidi. “Dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia sebenarnya sangat bisa menjadi pusat ekonomi Islam global,” tegas Arsjad.
Upaya menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi Islam global itu dapat diwujudkan melalui penguatan ekosistem produk halal bagi perusahaan Indonesia, terutama UMKM agar bisa masuk pasar global.
SGIE menyebutkan bahwa Pemerintah Indonesia telah memberikan dukungan besar terhadap UMKM lintas sektor. Termasuk upaya serius kita bersama dalam mendorong percepatan sertifikasi halal khususnya bagi pelaku UMKM kita selama ini.
Arsjad menambahkan, industri halal bakal memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pada 2022, aktivitas ekonomi dari industri halal dapat menyumbang PDB sekitar US$5,1 miliar per tahun.
Jika terus didorong, industri halal akan terus menyumbang PDB, meningkatkan lapangan pekerjaan, dan kesejahteraan masyarakat.
“Penguatan pasar dalam negeri menjadi fondasi untuk dapat berlangkah ke global. Butuh kerjasama berbagai pihak untuk memperkuat pasar dalam negeri,” katanya.
Saat ini diperkirakan sekitar 1,9 miliar penduduk muslim di seluruh dunia. Indonesia merupakan yang terbesar dengan jumlah sekitar 277 juta jiwa. Pada 2021, sekitar US$2 triliun yang dihabiskan penduduk muslim global untuk produk halal. Pada 2025, belanja produk halal tersebut diprediksi meningkat menjadi US$3 triliun.
Arsjad menegaskan, Indonesia telah memiliki peta jalan industri halal, termasuk sampai ke global. Karena itu, konsistensi untuk mewujudkan roadmap tersebut menjadi salah satu kunci dari upaya memanfaatkan pasar besar Indonesia untuk produk halal.