Tradisi Mudik Gerakkan Roda Perekonomian
JAKARTA ― Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, tradisi mudik yang mengakar kuat pada masyarakat Indonesia, memiliki efek yang sangat luar biasa.
Ritual budaya tahunan yang dilakukan menjelang perayaan hari raya agama, terutama Idulfitri itu, tak sekadar menjadi tradisi untuk berkumpul bersama keluarga di hari raya. Lebih dari itu, tradisi mudik, menurut Arsjad, ikut menggerakkan roda perekonomian dengan multiplier effect yang begitu besar.
“Tradisi mudik lebaran punya multiplier effect luar biasa,” ujar Arsjad Rasjid.
Ia pun merinci efek yang ditimbulkan dari momen ketika para perantau pulang ke kampung halamannya tersebut.
Pergerakan selama arus mudik pada tahun ini, sebutnya, diikuti lebih dari 70 penduduk Indonesia. Akibatnya, sektor transportasi pun bergerak kencang. Pembelian tiket pada sejumlah moda transportasi ikut melonjak naik. Mulai dari pesawat, kereta, bus, kapal, hingga bisnis penyeberangan.
“Sekitar 180 juta orang berbondong-bondong pulang kampung,” tuturnya.
Selain itu, para pemudik juga sangat royal menghabiskan uang. Pada momen tahunan ini mereka tak segan merogoh kocek untuk akomodasi, makanan, oleh-oleh dan hiburan selama. Hal ini turut mendorong peningkatan pendapatan bagi berbagai pelaku usaha, seperti penyedia jasa transportasi, hotel, pedagang kaki lima hingga toko suvenir.
Bahkan, pada tahun ini, perputaran ekonomi pariwisata dan ekonomi kreatif diprediksi mencapai Rp 276 triliun, naik 15 persen jika dibandingkan tahun lalu.
Arsjad juga menyebut, tradisi mudik ikut memberikan berkah bagi para pelaku usaha UMKM dan menggerakkan ekonomi daerah.
Pada Lebaran 2024, Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang tunai sebesar Rp 197,6 triliun bagi kebutuhan masyarakat. Jumlah uang tersebut naik sebesar 4,65 persen, dibanding 2023 yang tercatat sebesar Rp 188,8 triliun.