JAKARTA – Pendidikan nilai dalam keluarga merupakan aspek penting dalam pembentukkan kesadaran moral dan sosial anak-anak, generasi masa depan bangsa yang akan menjadi tulang punggung Indonesia Emas 2045.
Hal ini ditekankan Kardinal Ignatius Suharyo di sela-sela Hari Anak Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yang berlangsung di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Sabtu (05/10/24).
Kardinal Ignatius mengatakan, kesadaran moral dan sosial seseorang tumbuh subur sejak masa kanak-kanak. Karena itu, momentum ini merupakan upaya untuk menggugah keluarga-keluarga dalam menanamkan nilai sesuai dengan pesan moral Hari Anak ini.
“Diharapkan orang tua dapat mengikuti pesan-pesan yang disampaikan pada Hari Anak ini untuk mendidik dan mendampingi anak-anak supaya menjadi pribadi yang sehat, bersahabat, dan menjadi berkat bagi semua orang,” ujar dia.
Kardinal Ignatius menambahkan, makna sehat adalah sehat fisik dan pribadi. Salah satu indikasi pribadi yang sehat dan dewasa adalah mampu bersahabat dengan semua orang. Dengan persahabatan dan persaudaraan itu, anak-anak terpanggil untuk menemukan berbagai cara agar menjadi berkat.
Dalam acara yang sama, Co-Founder 5P Global Movement Arsjad Rasjid menegaskan, di negara lain saat ini masih banyak anak yang menderita karena perang, kekerasan, kelaparan, dan bencana alam.
“Anak-anakku harus bersyukur kita masih bisa bermain, belajar, berkumpul dengan teman-teman dan keluarga dengan nyaman seperti sekarang,” katanya.
Karena itu, Arsjad menambahkan, carilah sahabat sebanyak mungkin tanpa membedakan latar belakang keluarga, suku, ras, dan agama.
“Kita adalah satu Indonesia, bersahabat untuk menciptakan perdamaian, Bhinekka Tunggal Ika, berbeda tapi tetap satu,” tegasnya.
Sebanyak lebih dari 1000 anak dari 68 paroki di KAJ, utusan sekolah, anak berkebutuhan khusus, hingga anak-anak dari panti asuhan memadati perayaan puncak Hari Anak KAJ , yang didukung penuh 5P Global Movement.
Mereka bersosialisasi dengan teman-temannya dari berbagai latar belakang, bermain, bernyanyi, dan bercanda bersama sebagai sebuah keluarga besar.
Dalam acara tersebut, simbol Hari Anak berupa Salib Belarasa juga dikukuhkan dan tujuh anak membacakan seruan hati atau deklarasi, mewakili seluruh anak yang hadir.
“Ayo sahabat, kita sisihkan sedikit uang jajan untuk bantu sahabat-sahabat yang belum mendapatkan kesempatan untuk sekolah.”
“Ayo sahabat, kita ciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari kekerasan, mengalahkan segala bentuk kekerasan, konflik, perang, dan kebencian.”
“Ayo sahabat, jangan membuang makanan sementara masih ada sahabat kita yang kekurangan gizi.”
“Ayo sahabat, kita ciptakan Indonesia yang lebih bersih dengan tidak menaruh sampah sembarangan, kurangi penggunaan sampah plastik, gunakan barang yang bisa dipakai ulang.”
Demikian sekelumit cuplikan dari seruan hati dan deklarasi yang digaungkan dalam Hari Anak KAJ tersebut.