
IBC Dorong Solidaritas Asia-Afrika di Tengah Gejolak Global
Jakarta – Di tengah pusaran ketegangan perdagangan global dan ketidakpastian ekonomi dunia, Indonesian Business Council (IBC) mengambil langkah strategis untuk menghidupkan kembali semangat solidaritas Asia-Afrika. Dalam sebuah dialog bersejarah yang digelar untuk memperingati 70 tahun Konferensi Asia-Afrika, IBC mengajak negara-negara di kedua kawasan untuk mempererat kerja sama bisnis sebagai tameng menghadapi tantangan global.
Arsjad Rasjid, Ketua Dewan Pengawas IBC, menegaskan pentingnya peran Indonesia dalam mengorkestrasi aliansi strategis ini. “Indonesia harus aktif merespons tantangan perdagangan internasional melalui diversifikasi kemitraan ekonomi. Asia dan Afrika bukan hanya pasar baru, tetapi mitra strategis dengan kedekatan sejarah, ideologi, dan tujuan yang selaras dengan kita,” ujarnya penuh semangat.
Dalam pandangan Arsjad, Asia dan Afrika menyimpan kekuatan besar: Asia dengan pertumbuhan ekonominya yang dinamis berkat perdagangan dan industrialisasi, sementara Afrika dengan bonus demografi dan potensi energi terbarukan yang luar biasa. Kombinasi keduanya, jika dikolaborasikan dengan solid, bisa menjadi penyeimbang atas ketidakstabilan global yang terus bergolak.
Sebagai bentuk konkret dari inisiatif ini, IBC menggelar jamuan makan malam bergengsi yang dihadiri oleh 60 duta besar dan perwakilan negara-negara Asia dan Afrika, bersama para pemimpin bisnis dari kedua kawasan. Malam itu, bukan hanya nostalgia terhadap Konferensi Asia-Afrika 1955 yang terasa, tetapi juga sebuah tekad baru untuk membangun masa depan ekonomi yang stabil, adil, dan damai.
Pelaku bisnis Indonesia menunjukkan antusiasme tinggi dalam menjajaki ekspansi ke pasar-pasar di Asia dan Afrika. IBC pun berperan aktif mempertemukan para pemangku kepentingan dengan pelaku usaha untuk membuka peluang kerja sama di berbagai sektor strategis. “Ini momentum yang sangat baik. Di tengah tantangan global, dunia usaha harus berani melakukan diversifikasi dan mencari lebih banyak mitra baru,” kata Arsjad menutup pernyataannya.
Sementara itu, Duta Besar India untuk Indonesia, Sandeep Chakravorty, memberikan refleksi mendalam. Ia mengingatkan bahwa meski dunia telah mengalami kemajuan luar biasa sejak 1955, tantangan geopolitik, konservatisme ekonomi, dan menurunnya kepercayaan terhadap multilateralisme kini mengemuka kembali. “Pelajaran dari Bandung tetap relevan. Di era dunia yang semakin terpolarisasi, kebutuhan akan kesatuan di antara negara-negara berkembang menjadi sangat krusial. Ini saatnya menghidupkan kembali semangat Bandung dan mempererat kolaborasi di antara negara-negara Global South,” ujarnya.
Melalui dialog ini, IBC dan para pesertanya mengukuhkan keyakinan bahwa di tengah turbulensi global, semangat solidaritas, kerja sama, dan visi bersama—seperti yang digaungkan di Bandung tujuh dekade lalu—tetap menjadi kunci untuk membangun masa depan yang lebih cerah bagi Asia, Afrika, dan dunia.