Angin Segar Transisi Energi

JAKARTA – Proses transisi energi di Indonesia, dari pemanfaatan energi fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT) kian mendapatkan dukungan dari investor maupun lembaga keuangan internasional. “Ini angin segar yang harus disambut baik,” tegas pengusaha nasional Arsjad Rasjid, Senin (30/5/2022).

Pada minggu lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menghadiri pertemuan “G7 Climate, Energy and Environment Ministers” di Jerman. Di sela acara tersebut, Menteri Arifin bertemu dengan sejumlah pemimpin perusahaan berskala internasional, antara lain Chief Executive Officer (CEO) Siemens Energy.

Pertemuan tersebut untuk membahas kerja sama Siemens dengan Pertamina Power dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Menurut rencana, kerja sama itu terkait dengan pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga surya, smart grid, energy storage, teknologi pengembangan hidrogen, hingga kendaraan listrik.

Arsjad Rasjid sangat mendukung kebijakan pemerintah yang proaktif dalam program transisi energi di Indonesia tersebut.  “Sikap positif yang ditunjukkan oleh pemerintah melalui Menteri ESDM ini seharusnya menjadi pijakan bagi dunia usaha untuk memberikan dukungan penuh program transisi energi,” ujarnya.

Arsjad menegaskan bahwa salah satu fokus Indonesia sebagai Presidensi G20 adalah transisi global menuju energi baru terbarukan serta zero emissions, paling lambat pada 2060. Pemerintah Indonesia, katanya, memiliki komitmen kuat untuk mendukung pengembangan energi bersih. Komitmen terhadap transisi energi ini juga akan menjadi bahasan pada pertemuan G20 dan B20 di Bali pada November 2022.

Saat ini, dia melanjutkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk memproduksi energi terbarukan.  Dari tenaga surya, hidroelektrik, panas bumi, hingga energi angin. Potensi itu menjadikan peluang investasi pada sektor energi hijau di Indonesia menjadi semakin menarik. Dia memperkirakan nilai ekonomi hijau Indonesia mencapai US$100-125 miliar.

Dalam kunjungannya ke Amerika Serikat beberapa waktu lalu, Arsjad mengungkapkan, negara tersebut akan memberikan dukungan program transisi energi di Indonesia. Hal itu terungkap dalam pertemuannya dengan John Kerry, Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) Bidang Iklim.

Wujud dukungan AS dalam transisi energi, John Kerry menyampaikan bahwa negara tersebut telah menyiapkan dana miliaran dolar AS untuk pembiayaan transisi energi. Dana tersebut disalurkan melalui lembaga pemerintah, yaitu United State Internasional Development Finance Corporation (DFC).

DFC merupakan institusi keuangan Amerika Serikat yang menyalurkan pendanaan pada banyak sektor, seperti energi, kesehatan, infrastruktur, serta teknologi. Lembaga tersebut juga membiayai usaha kecil dan menengah. Prinsip bisnis yang ditekankan oleh DFC adalah investasi yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, hak asasi manusia dan hak-hak bagi pekerja.

Untuk itu, Arsjad sebagai Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengajak dunia usaha untuk bergegas merealisasikan kegiatan usaha yang selaras dengan transisi energi. “Perkembangan yang ada menunjukkan adanya angin segar untuk mendukung transisi energi di Indonesia, dan Kadin dapat memainkan peran utama dalam rencana penting itu,” ungkapnya.