Arsjad: Insentif untuk Akselerasi Pemberdayaan Energi Baru dan Terbarukan

JAKARTA–Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Arsjad Rasjid mengatakan, pengembangan industri hijau di Indonesia berjalan ke arah positif. Lembaga keuangan sudah mulai tertarik memberikan subsidi ke pembangunan infrastruktur dengan konsep industri hijau sehingga industri mendapatkan bunga kredit yang lebih mudah.

“Inovasi pembiayaan ini juga diharapkan dapat menarik investor untuk berfokus pada pengembangan industri hijau,” ujar Arsjad dalam keterangan tertulisnya, Jumat (5/8/2022).

Arsjad mengatakan, hingga Juni 2021, tercatat 152 dari sekitar 16.000 perusahaan industri yang turut menjadi peserta penghargaan industri hijau tahun 2021. Dari 152 perusahaan tersebut telah mencapai penghematan energi sebesar Rp3,4 triliun dari efisiensi listrik dan Rp228,9 miliar dari total efisien air.

Sementara itu, sampai 2021 telah terbit 31 peraturan menteri seputar standar industri hijau dan 44 industri manufaktur yang telah tersertifikasi.

Dari program penurunan emisi gas rumah kaca (GRK), berdasarkan hasil capaian yang telah diverifikasi untuk tahun pelaporan 2021, hingga tahun 2020 telah berhasil dilakukan penurunan emisi hingga 2.730.564,26 ton karbon dioksida setara dengan 99,3% dari target Nationally Determined Contribution (NDC) tahun 2030 sektor industri.

Arsjad mengatakan, kendala besar yang dihadapi dalam pengembangan green economy adalah pendanaan dan teknologi. Kata Arsjad, kerja sama dan kemitraan antara publik dengan swasta dapat menjadi kunci menghadapi kedua tantangan ini.

“Pemberian insentif seperti pajak dan tarif juga penting untuk mengakselerasi pemberdayaan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia, dengan membuat EBT kompetitif dibandingkan dengan energi fosil dan membentuk pasar yang menarik bagi investor,” ujar Arsjad.

Arsjad menambahkan, pengembangan energi hijau memerlukan teknologi dan penelitian. Menurut Arsjad industri permesinan nasional untuk mendukung pengembangan industri hijau pun masih harus dipacu. “Kami pun dari dunia usah berharap agar kualitas dan kompetensi SDM industri hijau ini bisa terus ditingkatkan,” harap Arsjad.

Arsjad mendorong adanya insentif bagi pengembangan industri hijau, misalnya, peningkatan akses ke sumber pembiayaan yang terjangkau dan tepat. Pengembangan industri ini juga memerlukan kolaborasi antar negara untuk mempercepat transisi energi menuju emisi nol bersih.

Tak kalah penting, Arsjad menekankan pentingnya mempercepat pengembangan dan adopsi infrastruktur digital dan perbaikan regulasi jasa keuangan global untuk mencapai keseimbangan lebih baik antara pertumbuhan dan stabilitas.

Kadin, kata Arsjad, juga mendorong terciptanya kerja sama intensif dengan berbagai negara, organisasi internasional dan lembaga pendanaan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya akses bantuan teknologi serta pendanaan.