Arsjad Rasjid: Arah Bisnis Batu Bara INDY di Tengah Rencana Transisi Energi

Optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mendorong keyakinan sektor energi terhadap daya tahan dunia usaha menghadapi 2023.

President Director Indika Energy, Arsjad Rasjid menyebutkan sektor batu bara masih menjadi salah satu sumber energy security bagi Indonesia di tengah percepatan program transisi energi Indonesia. Seperti apa masa depan industri batu bara Indonesia di tengah upaya pencapaian net zero emission 2060?

Selengkapnya simak dialog Andi Shalini dengan President Director PT Indika Energy Tbk (INDY), Arsjad Rasjid dalam Closing Bell, CNBC Indonesia (Jum’at, 23/12/2022). Terus ikuti berita ekonomi bisnis dan analisis mendalam hanya di https://www.cnbcindonesia.com.

CNBC Indonesia terafiliasi dengan CNBC Internasional dan beroperasi di bawah grup Transmedia dan tergabung bersama Trans TV, Trans7, Detikcom, Transvision, CNN Indonesia dan CNN Indonesia.com. CNBC Indonesia dapat dinikmati melalui tayangan Transvision channel 805 atau streaming melalui aplikasi CNBC Indonesia yang dapat di download di playstore atau iOS.

 

Sumber video: CNN Indonesia

Ketum KADIN: Negara Kawasan Tidak Boleh Ketinggalan Peluang

JAKARTA – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid menegaskan negara-negara di Asia Tenggara saat ini sedang dalam tahap pertumbuhan yang positif dan dilirik oleh banyak pihak untuk melakukan investasi. Karena itu, inisiatif net zero emission (NZE) harus dapat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi masing-masing negara.

“Kita tidak boleh juga kehilangan peluang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang pesat. Saat ini ada pergeseran pertumbuhan global ke kawasan Asia. Kuncinya adalah menemukan keseimbangan,” tegas Arsjad Rasjid.

Arsjad menjelaskan, negara-negara di Asia Tenggara memiliki komitmen yang kuat terhadap nol emisi. Namun, perlu ada strategi yang tepat untuk menyelaraskan target tersebut dengan pertumbuhan ekonomi dari setiap negara. Momentum tersebut tidak boleh lepas, mengingat Asia sedang menjadi primadona dari investor untuk menanamkan modalnya. Hal ini menjadi jembatan bagi negara-negara di Asia untuk berkembang.

Seperti diketahui, NZE mengatur target pengurangan emisi, baik melalui transisi energi, pencemaran lingkungan, hingga optimalisasi energi terbarukan. Namun, transisi energi tersebut juga membutuhkan biaya yang besar untuk mengembangkan energi yang ramah lingkugan.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di sisi lain bakal membutuhkan pasokan listrik yang besar dan stabil, serta investasi yang sama besarnya dengan transisi energi. Upaya tersebut membutuhkan strategi yang matang sehingga tidak saling tumpang tindih dan merugikan negara di Asia.

“Harus dijaga keseimbangan antara penerapan prinsip keberlanjutan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,” ujarnya.

Arsjad Rasjid mengatakan hal tersebut di sela event “Asia Zero Emissions Community (AZEC) Advocacy Group Roundtable” yang diprakarsai Kadin Indonesia, melalui ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) Indonesia, berkolaborasi dengan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) dan Japan Business Federation (Keidanren) .

AZEC Advocacy Group Roundtable adalah langkah lanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) pembentukan AZEC Advocacy Group oleh Keidanren, ASEAN Business Advisory Council, dan ERIA pada KTT Peringatan 50 Tahun Persahabatan dan Kerjasama ASEAN-Jepang pada 18 Desember 2023 di Tokyo, Jepang.