Arsjad Rasjid: Digitalisasi dan Dekarbonisasi Tak Boleh Tinggalkan Siapapun

JAKARTA–Digitalisasi dan dekarbonisasi bakal membawa perubahan pada peta industri dan bisnis, termasuk dalam hal penyerapan tenaga kerja. Perubahan tersebut, jika tidak diikuti dengan vokasi tenaga kerja yang memadai, bakal akan memicu peningkatan pengangguran di Indonesia.

Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menyadari tantangan tersebut dan menegaskan bahwa digitalisasi dan dekarbonisasi tersebut dapat seiring sejalan dengan peluang membuka lapangan kerja baru, asalnya SDM Indonesia mampu menyesuaikan dengan tuntutan industri.

Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, strategi pengembangan ekonomi digital dan transisi energi harus berjalan secara inklusif, tanpa meninggalkan siapa pun. Artinya, antisipasi terhadap transformasi tersebut harus dilakukan sejalan dengan bonus demografi yang dimiliki Indonesia.

“Digitalisasi dan dekarbonisasi dapat menjadi peluang sekaligus disrupsi terbesar yang kita hadapi saat ini dan mengancam ketersediaan lapangan kerja. Harusnya hal ini tidak boleh menjadi boomerang bagi kita,” ujar dia ketika menjadi salah satu narasumber di acara Saratoga Investment Summit 2023, beberapa waktu lalu.

Seperti diketahui, bersamaan dengan pesatnya perkembangan digital di Tanah Air, Indonesia saat ini masih kekurangan tenaga SDM di sektor teknologi, informasi, dan komunikasi. Tenaga kerja yang tersedia hanya sekitar 430 ribu lulusan, sedangkan kebutuhannya dapat mencapai 1,23 juta orang, dan akan naik menjadi 1,74 juta orang pada 2024.

Sementara itu, dekarbonisasi yang memicu ekonomi hijau seyogyanya bakal memicu lapangan kerja baru. Badan Perencanaan Nasional (Bapenass) memprediksikan ada sekitar 1,8 juta sampai dengan 2,2 juta lapangan kerja baru pada 2060, apabila pemerintah konsisten merealisasikan kebijakan terkait energi terbarukan, kendaraan listrik, ekonomi sirkular, dan pengolahan limbah.

Arsjad mengatakan, KADIN menilai penting untuk mengubah citra vokasi sebagai pendidikan ‘kelas dua’ dan membentuk kembali perspektif masyarakat dan dunia industri tentang proposisi nilai pendidikan kejuruan dengan lulusan siap kerja. Tentu dengan disokong oleh penerapan praktik baik dan sistem vokasi yang ideal.

Guna menyiapkan tenaga kerja yang berdaya saing, terampil, bermutu, dan relevan dengan tuntutan dunia kerja yang terus berkembang, kata dia, kolaborasi pendidikan dengan industri kerja sangat diperlukan. Sebab itu, pihaknya aktif mendorong keterlibatan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk turut mendukung dan mengembangkan SDM dalam proyeksi revitalisasi vokasi.