YOGYAKARTA ― Pengusaha nasional, Arsjad Rasjid mendorong para santri dan generasi muda Nahdlatul Ulama (NU) untuk berani berwirausaha. Arsjad mengatakan, dengan meneladani Nabi Muhammad SAW dan istri, Siti Khadijah yang juga menjadi pedagang, para santri yang sukses berwirausaha bisa membawa dampak sosial di tengah masyarakat.
Indonesia, ungkap Arsjad, memiliki rasio kewirausahaan yang masih tergolong rendah. Rasio itu hanya 3,4 persen di 2021, dengan target 3,9 persen di 2024. Sementara, rasio kewirausahaan di negara maju bisa mencapai 12 persen dari total populasi.
Peluang yang masih terbuka lebar inilah yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh para generasi muda.
“Terutama para santri, mahasiswa dan generasi muda, saya mengajak untuk berani menjadi pengusaha yang memiliki jiwa enterpreunership berkualitas,” ujar Arsjad pada sarasehan ekonomi bertema Penguatan Ekonomi Jemaah Memasuki Abad Kedua Nahdlatul Ulama yang digelar Lembaga Penguatan Ekonomi NU di Ndalem An-Nadwah, Krapyak, Yogyakarta, Sabtu (7/10).
Kepada generasi muda NU, Arsjad berbagi tiga kunci strategi untuk menjadi calon wirausahawan agar bisa membangun bisnis yang berhasil.
Pertama, selalu berangkat dari permasalahan yang ada, lalu berinovasi. Dalam bisnis, sebut dia, yang terpenting adalah bagaimana bisa menghadirkan solusi inovatif dari masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
“Contohnya, Grab/Gojek yang menghadirkan solusi ojek online yang sangat praktis di tengah isu mobilitas yang dihadapi masyarakat,” terangnya.
Kedua, jangan hanya berfokus pada profit atau keuntungan, tetapi juga dampak sosial. Ia mencontohkan startup Edutech dan Telemedicine yang berupaya mengatasi masalah kesenjangan akses pendidikan dan kesehatan.
Ketiga, generasi muda juga jangan lupa untuk terus mengembangkan skill dan leadership.
“Dengan cepatnya tren di dunia industri serta selera konsumen yang berubah sangat cepat menuntut kita sebagai pengusaha untuk selalu belajar hal baru,” papar Arsjad.
Arsjad mengisahkan, memasuki usianya di abad kedua, NU yang berpegang pada prinsip Nahdlatut Tujjar, mengusung visi untuk menjadi wadah kebangkitan ekonomi rakyat.
“Memasuki abad kedua, NU semakin menunjukkan perannya dalam penguatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan prinsip Nahdlatut Tujjar,” tutur Arsjad.
Dia pun mengapresiasi perjuangan NU tersebut, karena sejalan dengan cita-cita Indonesia Emas 2045.