Arsjad Rasjid: Kali Ini, G-20 Harus Menepis Perbedaan Politik

JAKARTA – Pengusaha nasional Arsjad Rasjid mengingatkan agar pemerintah negara-negara yang tergabung dalam G20 mengabaikan perbedaan sikap politik terkait dengan perang Rusia-Ukraina.

Pernyataan itu disampaikan terkait dengan adanya perbedaan pandangan dalam menyikapi perang Rusia dengan Ukraina yang saat ini sedang terjadi. Bahkan ada desakan kepada Indonesia sebagai Presidensi G20 untuk tidak mengundang Rusia dalam konferensi tingkat tinggi yang akan digelar pada November di Bali.

“Sebaiknya kita menyampingkan perbedaan sikap terkait dengan konflik tersebut. Kita (G20) harus bersatu dan berkolaborasi mencari cara untuk menghadapi tantangan perekonomian global yang saat ini sedang terjadi,” ujarnya, Selasa (25/5).

Arsjad menjelaskan, perang Rusia dan Ukraina mungkin berdampak terhadap keresahan sosial di banyak negara, yang pada akhirnya menciptakan kekacauan di bidang perekonomian. Hal itu, antara lain terjadi akibat terganggunya rantai pasok global yang telah mengakibatkan kenaikan harga terhadap komoditas, misalnya minyak dan bahan pangan.

Karena itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ini menegaskan bahwa kondisi politik yang terjadi saat ini adalah satu hal. “Tapi yang terpenting memikirkan tentang masyarakat yang terkena dampak dari perkembangan kondisi global,” ujarnya.

Arsjad memaparkan bahwa semangat yang disampaikan tersebut telah diutarakan dalam kunjungannya ke Amerika Serikat dan Kanada beberapa waktu lalu untuk bertemu dengan komunitas bisnis global. Perjalanan tersebut dilakukan dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Penasihat B-20, yang merupakan bagian penting dari G-20.

“Itulah yang harus dilakukan. Kita harus duduk bersama mencari solusi,” katanya.

Arsjad menegaskan, sebenarnya bukan hanya Rusia dan Ukraina yang mengalami perang. Masyarakat dan negara yang rentan di seluruh dunia juga sedang berjibaku menghadapi situasi sulit seperti sekarang.  Dari tekanan krisis ekonomi, suku bunga mulai merangkak naik, begitu juga dengan harga-harga termasuk komoditas pangan hingga energi.

“Perang Ukraina dan Rusia telah memperburuk situasi yang sedang terjadi,” tegas Arsjad.

Karena itu, dia mengajak G20 dan B20 untuk bersama-sama memenangkan perang dengan menjadikan kehidupan yang lebih baik bagi umat manusia di dunia. Kemenangan itu, katanya, hanya dapat diraih jika ada kolaborasi atau kerja sama yang lebih kuat dan tangguh seluruh negara.

Dalam kondisi seperti sekarang, dia menguraikan, tidak ada negara yang dapat melindungi dirinya sendiri dari kehancuran sistem ekonomi global. Bahkan dalam jangka panjang, ada potensi ancaman yang serius, yaitu peningkatan kemiskinan dan kelaparan.

Sumber daya berlimpah, tetapi ada ketidaksetaraan yang mendalam antarnegara. Distribusi dan logistik yang mengalami hambatan telah mengganggu rantai pasok, sehingga memerlukan tindakan terkoordinasi yang lebih baik.

TagsB20G20