BEIJING – Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Cina merupakan langkah strategis untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% dan Indonesia Emas 2045. Cina berperan penting dalam perdagangan, investasi, dan berbagai proyek nasional.
Hubungan erat antara Indonesia dan Cina akan membuka peluang bagi pengusaha di Tanah Air untuk mengembangkan kerja sama dalam membantu pemerintah mencapai target tersebut.
“Saya sangat setuju dengan target pertumbuhan ekonomi 8% oleh Presiden Prabowo. Jika ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045, target itu harus dicapai. Hubungan erat dengan Cina dapat membantu Indonesia mencapainya,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid dalam wawancara dengan CGTN, jaringan televisi milik pemerintah Cina, Minggu, 10 November 2024.
Cina merupakan negara pertama yang dikunjungi Prabowo Subianto setelah dilantik sebagai Presiden. Dari kunjungan tersebut, kedua negara sepakat menandatangani perjanjian investasi senilai lebih dari US$10 miliar atau setara Rp156,54 triliun.
Arsjad bersama sejumlah pengusaha, di antaranya Anindya Bakrie, Hashim Djojohadikusumo, Prajogo Pangestu, Boy Thohir, hingga Duta Besar RI untuk Cina Djauhari Oratmangun terlihat mendampingi Presiden Prabowo dalam lawatan tersebut.
Arsjad menjelaskan, Cina memiliki peran sangat penting bagi Indonesia, baik dalam proyek infrastruktur, transisi energi, hingga perdagangan bilateral.
Dalam proyek transisi energi, misalnya, Cina berperan dalam menciptakan nilai tambah, khususnya untuk hilirisasi nikel yang sangat vital bagi pengembangan baterei untuk kendaraan listrik.
Peran ini sangat membantu Indonesia dalam mengurangi emisi karbon, meringankan anggaran pemerintah melalui pengurangan subsidi bahan bakar fosil, dan mendatangkan dana segar melalui investasi.
Dalam perdagangan, saat ini Cina merupakan partner dagang terbesar Indonesia. Sekitar 25% dari total ekspor Indonesia dikapalkan ke Cina.
Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan Cina hingga US$139,26 miliar pada 2023. Tahun ini, sampai September, surplus tersebut telah mencapai US$105,62 miliar.
“Tujuan utama dari ekonomi 8% adalah kesejahteraan masyarakat. Ini yang selalu dipikirkan Presiden Prabowo. Hubungan dengan China dapat membantu menciptakan pertumbuhan yang adil, yang dapat dirasakan seluruh masyarakat Indonesia,” kata Arsjad.