Dilantik Jadi Ketua Umum PB Perpani, Arsjad Rasjid Targetkan Raih Medali Olimpiade di Cabang Panahan
JAKARTA–Harapan untuk mendulang emas Olimpiade dari cabang olahraga Panahan kembali membara, setelah Kepengurusan PB PERPANI dilantik secara resmi untuk masa bakti 2022-2026, di Lapangan Panahan Gelora Bung Karno, Rabu (8/2/23) hari ini.
Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dan CEO Indika Energy didapuk menjadi Ketua Umum, yang dibantu oleh Sekretaris Jenderal Antonius Riva.
“Target utama PB PERPANI adalah kembali mengibarkan Merah Putih dan mendulang prestasi, yang bahkan dapat melampaui pencapaian Tiga Srikandi pada ajang ASIAN Games 2023 dan Pentas Olimpiade di Paris pada 2024,” ujar Arsjad.
Arsjad mengatakan, prestasi Panahan di bawah asuhan PB PERPANI dalam lima tahun terakhir cukup menjanjikan. Pada ajang ASIAN Games 2018, Panahan mendulang Perak dan Perunggu. Sementara itu, pada ajang SEA Games 2019, Panahan mengibarkan Merah Putih dengan mempersembahkan dua Emas, dua Perak, dan empat Perunggu.
Sebelumnya, pada SEA Games 2021, Panahan keluar sebagai Juara Umum dengan meraih lima Emas dan satu Perak sesuai target National Olympic Committee (NOC). “Namun, sayangnya, pada tataran Olimpiade, Panahan belum berhasil mengulang prestasi Tiga Srikandi,” katanya.
Tiga Srikandi yang dimaksud adalah Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani, dan Kusuma Wardhani yang menjadi pahlawan Indonesia yang berhasil meraih medali pertama dalam Pesta Olimpiade Seoul pada 1 Oktober 1988.
Arsjad menegaskan, dukungan untuk meraih medali emas harus datang dari persiapan yang matang, baik dari segi fisik, psikis, maupun faktor-faktor teknis dan non teknis. Jam terbang dari para atlet harus ditingkatkan dengan mengikutsertakan para atlet Panahan ke ajang series internasional.
“Prestasi atlet sangat ditunjang oleh kehadiran tim teknis dan non teknis, seperti official, pelatih, tim medis, terapis, dan psikiater. Jangan sampai para atlet mengalami cidera fisik tanpa kehadiran Tim Terapis, minim pengetahuan dan penguasaan lapangan (jam terbang), minim dukungan fasilitas serta anggaran, yang pada akhirnya menyebabkan atlet menjadi tidak nyaman, merasa tidak didukung, dan panik,” tegas Arsjad.
Sekretaris Jenderal Antonius Riva menambahkan, mencetak atlet berprestasi membutuhkan proses berkesinambungan, dalam sebuah rangkaian pembangunan keolahragaan, yang terdiri atas tahap pembudayaan, pembibitan, pengembangan, dan pembinaan prestasi.
Pada tahap pembinaan prestasi, ketika atlet-atlet nasional telah terseleksi dan terpilih, akselerasi prestasi atlet-atlet tersebut harus dilakukan secara terpusat dan berkesinambungan untuk proyeksi ajang internasional, melalui berbagai intervensi yang terukur dari segi fisik, gizi, maupun psikis.
Sementara itu, untuk mengukur positioning dan ranking internasional, atlet-atlet tersebut harus rutin diikutsertakan dalam kompetisi berkala di bawah naungan Federasi Panahan Dunia (World Archery Federation) untuk memperoleh point dan ranking.
“Jika menilik pada rangking World Archery Federation, tidak ada nama-nama atlet Panahan Indonesia yang bertengger pada daftar rangking tersebut, baik untuk kategori Compound maupun Recurve, untuk pria, wanita, maupun beregu dan campuran. Hal ini menyebabkan tidak adanya benchmark dalam memberikan penilaian objektif terkait positioning atlet Panahan Indonesia dibandingkan kompetitor negara lain,” katanya.