Arsjad Rasjid: Peluang Ekspor Kian Terbuka

JAKARTA – Pengusaha nasional Arsjad Rasjid menyampaikan, saat ini Indonesia sedang menjadi perhatian dunia di saat perekonomian global penuh dengan tantangan. Kata dia, momentum ini memberikan peluang bagi pengembangan ekonomi Indonesia.

Menurut dia, tantang besar yang dihadapi banyak negara saat ini, terutama global energy cost  yang makin mahal. Ditambah lagi dengan adanya kenaikan inflasi. Laju kenaikan harga di tingkat global itu terjadi lantaran ada ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan, seiring dengan dinamika geopolitik akibat perang Rusia dan Ukraina.

Dalam kondisi seperti itu, selain Indonesia juga harus menghadapi tantangan dari imbas situasi global, ada momentum bagus dalam pemulihan ekonomi. “Saat ini Indonesia sedang menjadi pembicaraan di Eropa dan lain-lain,” ujarnya, Sabtu (23/7/2022).

Arsjad yang saat ini menjadi Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berharap kondisi tersebut akan berimbas pada peningkatan ekspansi Indonesia ke luar negeri. Saat ini, katanya, Investasi Indonesia secara global mencapai US$50 miliar, dan diharapkan bisa didorong menjadi US$80 miliar.

Dia juga berhadap agar ekspor Indonesia meningkat. Sepanjang Januari-Juni 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia mencapai US$141,1 miliar. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, ada kenaikan 37,1%. Pada kuartal I-2022, ekspor barang dan jasa berkontribusi cukup besar pada perekonomian nasional, yaitu mencapai 23,1%.

Untuk mendukung ekspor, Arsjad menyampaikan pentingnya hilirisasi seperti program dan komitmen yang sedang dijalankan oleh pemerintah. Melalui hilirisasi, Indonesia berpeluang menghasilkan produk bernilai jual lebih tinggi, sehingga dapat menambah nilai ekspor komoditas.

Kebijakan itu juga akan memperkuat struktur industri dalam negeri. Dengan begitu, akan tercipta peningkatan peluang usaha, sehingga berpeluang mampu menyediakan lebih banyak lapangan kerja.

Dalam pandangan Arsjad, hilirisasi industri perlu difokuskan pada komoditas-komoditas ekspor yang dapat menjadi alternatif pengganti beberapa komoditas ekspor Indonesia yang kontribusinya terus menurun. Misalnya, dengan masuk ke dalam pasar komoditas-komoditas yang sedang banyak diimpor oleh dunia saat ini, seperti mesin dan perlengkapan elektrik; mutiara alam, mutiara budidaya, batu dan logam mulia; serta produk farmasi. Langkah tersebut bukan tidak mungkin dilakukan.

“Indonesia memiliki potensi besar pada komoditas-komoditas tersebut,” paparnya.

Arsjad juga mengingatkan bahwa dunia usaha seperti Kadin, dapat lebih berperan aktif dan berkontribusi lebih banyak dalam mewujudkan hilirisasi industri dalam negeri. Namun dia menyadari, upaya tersebut akan berjalan dengan dukungan pemerintah. Karena itu, pemerintah diharapkan dapat lebih tegas dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan, termasuk larangan ekspor.

“Kolaborasi pemerintah dan dunia usaha akan memperkuat pengembangan ekonomi nasional, sehingga memberikan manfaat besar bagi masyarakat,” tuturnya.