Arsjad Rasjid: Peran Indonesia Kian Strategis

JAKARTA – Peran Indonesia di wilayah Asia Tenggara (ASEAN), khususnya di bidang perekonomian akan semakin strategis sejalan dengan posisi sebagai Presidensi G20-B20. Bahkan dalam kerja sama di kawasan, Indonesia berpeluang menjadi basis produksi untuk rantai pasok perdagangan di ASEAN.

Menurut Ketua Dewan Penasihat Business 20 (B20) Arsjad Rasjid di Jakarta, Selasa (10/5), potensi tersebut berkenaan dengan peran penting Indonesia sebagai Presidensi G20-B20 serta kontribusi terhadap pemulihan ekonomi ASEAN dan kawasan yang lebih luas. Selain itu, Amerika Serikat (AS) juga telah menyiapkan inisiatif baru, yaitu Indo-Pacific Economic Framework, yang menandakan kehadiran kembali AS dalam kerja sama ekonomi dengan ASEAN.

“Saat ini hubungan Indonesia dengan AS sangat baik, seperti ditunjukkan melalui dukungan negara tersebut terhadap rencana Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20-B20 yang akan di selenggarakan di Bali pada November tahun ini,” ujarnya, menceritakan bagian dari hasil lawatannya ke negara tersebut.

Akhir bulan lalu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia itu memimpin delegasi ke Amerika Serikat dan Kanada. Di Amerika, selain menjadi pembicara pada Bloomberg New Economy Forum (BNEF) dan bertemu pengusaha multinasional, Arsjad juga melakukan pembicaraan bilateral dengan John Kerry, Utusan Khusus Presiden AS Bidang Iklim.

Dalam pertemuan itu John Kerry berharap agar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia yang dipimpin oleh Arsjad ikut mendorong pemerintah Indonesia mempercepat realisasi transisi energi. Posisi Indonesia sebagai Presidensi G20-B20 dinilai sangat strategis, sehingga peluang untuk mendapatkan dukungan dalam transisi energi sangat besar, termasuk dari AS.

Menjawab harapan tersebut, Arsjad menegaskan bahwa salah satu fokus Indonesia sebagai Presidensi G20 adalah transisi global menuju energi baru dan terbarukan serta zero emissions, paling lambat 2060. Pemerintah Indonesia, katanya, memiliki komitmen kuat untuk mendukung pengembangan energi bersih.

Materi yang dibicarakan dengan John Kerry sejalan, bahkan menjadi bagian penting dari Indo-Pacific Economic Framework yang diusung AS. Empat pilar dari inisiatif tersebut mencakup: perdagangan yang adil dan tangguh; ketahanan rantai pasokan; infrastruktur, energi bersih, dan dekarbonisasi; dan pajak dan anti korupsi.

“Posisi Indonesia sebagai Presidensi G20-B20 menjadi sangat strategis dalam mengangkat peran Indonesia di kawasan regional dan mempererat hubungan dengan negara-negara utama lainnya,” ungkap Arsjad.

Apalagi saat ini, lanjutnya, Indonesia juga dalam proses meratifikasi perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang telah ditandatangani pada 15 November 2020. Ratifikasi kerja sama di bidang ekonomi tersebut akan memperluas konektivitas rantai pasok hingga ke luar kawasan ASEAN, selain sekadar hubungan dagang antarnegara.

Dalam konteks inilah, kata Arsjad, Indonesia memiliki peluang untuk mendapatkan manfaat dari hubungan kerja sama yang makin kuat, baik di tingkat regional maupun dengan negara maju seperti AS. “Indonesia berpotensi menjadi basis produksi atau peran strategis lainnya dalam rantai pasok, baik dalam kerja sama dengan ASEAN maupun inisiatif yang diusung oleh AS,” paparnya.