Arsjad Rasjid Tak Mau Duduk di Pinggir Lapangan
JAKARTA — Dipercaya menjadi Ketua Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid terlihat all out berada di tengah gelanggang kontestasi pilpres 2024. Semua daya dan kemampuan yang ia miliki, dikerahkannya untuk memenangkan pasangan capres dan cawapres Ganjar Pranowo dan Mahfud Md.
Bukan tanpa sebab Arsjad memutuskan menerima kepercayaan menjadi Ketua TPN Ganjar-Mahfud. Mandat itu ia terima lantaran tak ingin hanya tinggal diam melihat keadaan.
Jika diibaratkan permainan bola, pengusaha nasional itu tak mau cuma duduk di pinggir lapangan. Karena itu, ia mantap memutuskan masuk ke dalam lapangan.
“Kalau pakai analogi main bola, saya enggak mau duduk di pinggir lapangan. Saya ingin berkontribusi secara langsung dan mendukung penuh mas Ganjar dan Prof Mahfud sebagai capres dan cawapres di pemilu 2024,” kata Arsjad.
Atas keputusannya itu, Arsjad mengungkapkan, ia sampat disebut “gila” lantaran mendukung pasangan calon yang tidak diusung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Saya dibilang gila. Arsjad, are you crazy? Ini fakta. Begitu komen teman-teman dekat saat mendengar saya menjadi Ketua TPN Ganjar-Mahfud,” tutur Arsjad.
Dia mengakui, keputusan mendukung Ganjar-Mafhud bisa jadi merupakan keputusan “gila” bagi sebagian orang. Ada pula yang menyampaikan jika Arsjad lebih baik tenang-tenang saja berkiprah menjadi pengusaha nasional.
“Ngapain. Sudah enak-enak jadi pengusaha malah ikut proses politik. Mendingan cari aman dan sebagainya. But, I would be crazy if I did’nt do this,” ungkapnya.
Tapi keyakinan dan tekad Arsjad sudah kadung bulat. Menurutnya, negeri ini harus bergerak semakin maju, sesuai visi besar Indonesia emas 2045. Apalagi puncak bonus demografi Indonesia juga makin dekat, yakni di 2030.
“Kalau enggak gercep, menangkap momentum, melakukan sesuatu, risikonya besar sekali. Kita bisa mundur jauh,” ujar Arsjad.
Dia pun menjelaskan jika memiliki tiga alasan untuk memilih mendukung pasangan Ganjar-Mahfud.
Pertama, Ganjar adalah sosok presiden rakyat. “Di mata saya, mas Ganjar itu sosok yang bisa dekat dengan rakyat. Sedangkan Prof Mahfud pendekar hukum. Sosok yang berintegritas, sosok pembela rakyat,” lanjut Arsjad.
Dia mengungkapkan, kehidupan Ganjar-Mahfud hingga berada di posisi sekarang juga melalui proses yang sangat panjang. Tidak dilalui secara instan.
“Kehidupan mereka paling relate dengan kebanyakan rakyat Indonesia. Pemimpin yang lahir dari rakyat biasa, bukan dari elite. Mas Ganjar anak seorang polisi berpangkat rendah, lalu Prof Mahfud anak seorang pegawai kecamatan. Keduanya merintis karier dari nol hingga menjadi orang hebat seperti sekarang,” ungkap Arsjad.
Kedua, Ganjar-Mahfud mempunyai rekam jejak yang jelas, baik di eksekutif maupun legislatif. Ganjar tercatat dua periode menjadi anggota DPR RI pada 2004–2009 dan 2009–2013. Selain itu, Ganjar juga dipercaya menjadi gubernur Jawa Tengah selama 10 tahun, yaitu pada periode 2013-2018 dan 2018-2023.
“Mas Ganjar dibilang enggak punya prestasi. Coba cek datanya dulu. Ada SMK gratis, ada TransJateng, juga pemberdayaan UMKM naik dua kali lipat,” paparnya.
Sementara itu, Mahfud juga mempunyai pengalaman yang merentang panjang di eksekutif, legislatif, hingga yudikatif. Ia dikenal sebagai tokoh berintegritas. “Jangan macam-macam sama hukum, semua diberantas Prof Mahfud dengan tegas,” sebutnya.
Ketiga, secara personal, Ganjar-Mahfud juga sangat dinilai baik oleh berbagai kalangan.
“Nah, kalau personal oke, rekam jejak oke, rugi dong kalau enggak dicoblos di 14 Februari,” tandas Arsjad. (*)