JAKARTA – Indonesia Business Council (IBC) mendorong masyarakat global, terutama dari kalangan bisnis dan industri untuk mendukung tekad Indonesia mencapai negara maju pada 2045.
Asa tersebut dilakukan melalui Indonesia Economic Summit (IES) 2025 pada 18 – 19 Februari 2025, yang dihadiri oleh lebih dari 1.500 peserta dari 48 negara.
Mereka datang dari berbagai latar belakang, antara lain pembuat kebijakan, pelaku bisnis, pakar dan akademisi, yang berkumpul untuk menawarkan ide dan gagasan konkrit dalam membantu Indonesia mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.
”IES ini adalah solusi konkrit yang diharapkan memberikan dampak nyata dan signifikan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mencapai kesejahteraan bersama,” ujar Ketua Dewan Pengawas IBC Arsjad Rasjid.
Arsjad mengungkapkan, dengan potensi ekonomi yang besar, Indonesia memiliki peluang untuk terus bertumbuh di tengah dinamika ekonomi global. Namun, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut harus ditunjang dengan kemitraan yang inklusif, baik di dalam maupun di luar negeri.
”Forum ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk merangkul banyak pihak dan menjembatani kemitraan inklusif dan global untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kami tidak ingin pemerintah sendirian,” tegasnya.
Senada dengan itu, Chief Executive Officer IBC Sofyan Djalil mengatakan, IES 2025 merupakan momentum untuk mendorong sektor swasta berperan dalam
dalam upaya mendorong pertumbuhan. Hal itu bisa diwujudkan dengan dukungan kebijakan publik yang memperkuat daya saing dan memudahkan aktivitas bisnis dan ekonomi.
“IES 2025 akan menjembatani para pemimpin bisnis, ahli ekonomi, dan pembuat kebijakan untuk mendiskusikan langkah-langkah dan kebijakan strategis untuk menciptakan iklim kebijakan publik yang dapat mewujudkan cita-cita pertumbuhan ekonomi tinggi, inklusif, dan berkelanjutan,” kata Sofyan.
COO IBC William Sabandar, menjelaskan IES 2025 mewadahi diskusi dengan topik-topik yang relevan dengan tantangan dan peluang ekonomi yang dihadapi Indonesia di tengah perubahan geopolitik global. Topik tersebut diantaranya prioritas ekonomi dan strategi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang memerlukan visi strategis dan prioritas kebijakan yang terarah.
Lalu, kebijakan moneter dan keuangan untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, di tengah upaya menyeimbangkan belanja pemerintah dan stabilitas ekonomi makro. “Kemudian memastikan kebijakan industri yang mendorong pertumbuhan sektor manufaktur dan meningkatkan kontribusi industri manufaktur terhadap PDB sebagai kunci mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata William.
“Selanjutnya, memastikan Indonesia memenangkan posisi dalam dinamika perang dagang yang saat ini sedang berkembang, melalui strategi perdagangan global yang lebih aktif dan beragam, termasuk diversifikasi perdagangan, perluasan pasar, dan peningkatan kinerja ekspor,” tambahnya.