JAKARTA–Sebagai negara yang memegang Presidensi G20, Indonesia dan India harus membuktikan komitmennya dalam mewujudkan Net Zero Emission (NZT) jelang Conference of Parties (COP) 27 di Mesir 6-18 November mendatang. Penguatan kerja sama transisi energi hijau menuju emisi nol karbon menjadi isu penting dalam lawatan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia ke India pada 9-12 Oktober ini.
Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan komitmen net zero emission menjadi tolok ukur dari keberhasilan mewujudkan legacy G20 dan B20 terkait transisi hijau. Salah satu kesepakatan yang diharapkan terjadi adalah kerja sama multipihak dalam mendukung pelaksanaan transisi energi dan pengurangan emisi karbon untuk energi yang ramah lingkungan dalam menopang ekonomi global yang berkelanjutan.
Arsjad mengatakan, Indonesia telah menunjukkan keseriusan dalam penurunan emisi karbon menuju NZE pada 2060. Hal ini ditunjukkan dengan target penurunan emisi yang direvisi dari 29% menjadi 31,8% pada 2030 dengan upaya sendiri dan 43,2% dengan bantuan internasional.
“Net zero emission 2060 bukan sekadar wacana. Komitmen dekarbonisasi benar-benar kita wujudkan demi mewujudkan pembangunan nasional yang sustainable. Tapi upaya ini tidak mudah dengan keterbatasan pendanaan, pengetahuan, teknologi dan SDM saat ini,” kata Arsjad.
Komitmen tersebut dikejar melalui serangkaian inovasi di sektor lahan, pengelolaan hutan, dan energi. Seperti penggunaan lahan dan tata ruang yang efektif, program perhutanan sosial, pemulihan ekosistem, dan peningkatan produktivitas pertanian. Selain itu, Indonesia juga akan mengejar konservasi energi, mempromosikan EBT, dan mengelola limbah secara lebih baik.
KADIN Indonesia, kata Arsjad, telah menginisiasi beberapa program yang selaras dengan target net zero emission 2060 itu. Salah satunya adalah KADIN net zero hub yang membantu perusahaan nasional dalam melakukan transisi menuju perusahaan bebas emisi karbon.
Arsjad mengatakan, Indonesia dan India harus berhasil mempromosikan sebuah peta jalan bersama negara-negara G20 untuk menyepakati suatu skenario global untuk mewujudkan transisi energi yang adil, merata, dan berkesinambungan.
India menargetkan akan mencapai Net Zero Emission pada 2070. Negara dengan populasi penduduk sebanyak 1,4 miliar atau kedua terbesar di dunia tersebut merupakan penghasil efek rumah kaca terbesar ketiga setelah Tiongkok dan Amerika Serikat.
India termasuk negara yang ngebut mengejar emisi nol karbon. India memiliki target bauran energi non-fosil untuk produksi listrik sebesar 40 persen pada tahun 2030. Padai tahun 2019, India sudah berhasil mengoperasikan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan sebesar 83 GW, berbanding jauh dengan Indonesia yang baru berhasil memasang 9,96 GW pada tahun yang sama.
Menurut Ernst and Young (EY), India berada di posisi ke-3 dalam Renewable Energy Country Attractiveness Index (RECAI) di tahun 2019, sedangkan Indonesia berada dalam posisi ke-38.
“B20 merupakan bagian integral dari G20. Kita harus fokus pada pertumbuhan yang inklusif, adil, dan berkelanjutan untuk semua. Dengan demikian, teknologi, inovasi, dan teknologi digital akan menjadi pemain penting,” kata G20 Sherpa India, Amitabh Kant.