ASEAN-BAC Pacu Pemanfaatan Teknologi untuk Perkuat Ketahanan Pangan

JAKARTA —ASEAN-Business Advisory Council (ASEAN-BAC) memacu pemanfaatan teknologi untuk mengatasi problem ketahanan pangan yang membayangi kawasan ASEAN.

Ketua ASEAN-BAC Arsjad Rasjid menekankan, teknologi yang mampu memberikan solusi berkelanjutan, harus dimanfaatkan untuk mengatasi perubahan iklim yang juga menimbulkan ancaman terhadap pertanian dan produksi pangan.

“Kita harus memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan solusi berkelanjutan dan memastikan ketahanan pangan di ASEAN. Dengan mengadopsi teknologi canggih, kita dapat mengatasi tantangan yang dihadapi petani dan menciptakan sistem pangan tangguh yang mampu menahan guncangan iklim,” kata Arsjad Rasjid.

Untuk diketahui, Asia Tenggara merupakan wilayah utama penghasil beras, sehingga memainkan peran penting dalam pasokan pangan dunia. Namun, saat ini negara-negara ASEAN, termasuk Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, menghadapi risiko perubahan iklim yang sangat tinggi.

Kekeringan yang melanda Sungai Mekong, misalnya, mengakibatkan seretnya pasokan air. Akibatnya, harga ekspor beras di Vietnam dan Thailand mengalami lonjakan.

Persoalan krisis pangan tidak hanya melanda ASEAN. Data dari World Bank menunjukkan, krisis pangan global semakin diperparah oleh konflik Rusia-Ukraina yang tak kunjung berakhir. Dampak yang ditimbulkan dari konflik tersebut turut mengganggu produksi dan distribusi gandum dalam skala besar.

Kondisi ini menyebabkan harga pangan global naik tajam, terutama harga gandum yang naik lebih dari 60 persen pada Mei 2022.

Untuk mengatasi krisis pangan tersebut, Arsjad Rasjid menyerukan untuk melakukan aksi dan kolaborasi guna memastikan pasokan pangan yang aman dan tangguh. Terlebih saat ini populasi di kawasan ASEAN terus bertambah.