Beban Ganda Pengusaha, KADIN Harap Suku Bunga Tidak Lagi Naik Agresif

JAKARTA–Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia berharap Bank Indonesia mempertimbangkan dengan matang kebijakan untuk menaikkan suku bunga secara agresif. BI sudah menaikkan suku bunga 75 basis poin tahun ini menjadi 4,25 persen dari sebelumnya 3,75 persen.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid berharap tak akan ada lagi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). Hal itu agar pelaku usaha bisa menjalankan usahanya dengan lancar dan terakselerasi masuk ke perdagangan global.

Arsjad menambahkan kenaikan suku bunga tersebut akan menyebabkan beban para pengusaha untuk mempertahankan momentum pertumbuhan dalam negeri bakal memberat karena dampaknya pada kenaikan suku bunga kredit.

Beban ganda para pengusaha juga dialami karena inflasi dari negara-negara tidak tertahankan dan kebijakan agresif kenaikan suku bunga The Fed yang menyebabkan mata uang negara-negara berkembang berada dalam kondisi yang volatil, cenderung melemah.

Hal ini mempengaruhi aktivitas ekspor impor para pengusaha karena harus menggunakan dollar. Hanya sebagian kecil negara-negara yang menggunakan mata uang sendiri dalam melakukan transaksi datang dengan Indonesia.

Di sisi lain, beberapa bahan baku para pengusaha masih bergantung dari impor dari negara-negara lain. Para pengusaha berharap masih ada ruang untuk memperkuat modal kerja dan perluasan usaha melalui pinjaman kredit, namun hal itu bergantung dari kebijakan suku bunga di dalam negeri.

Karena itu, para pengusaha mengharapkan BI memikirkan dengan matang kebijakan untuk menaikkan kembali suku bunga agar para pengusaha dapat memiliki stabilitas untuk mempersiapkan tahun 2023 yang penuh tantangan.

Kenaikan suku bunga acuan BI, kata Arsjad, akan memicu gejolak di berbagai aspek, khususnya akan memberikan efek domino terhadap pelaku usaha di sektor properti, transportasi, pariwisata, dan UMKM yang baru saja kembali pulih dari tekanan COVID19.

Dengan demikian, kebijakan tersebut menjadi salah satu tantangan akselerasi Indonesia masuk ke perdagangan global, terutama di tengah situasi ketidakpastian global dan ancaman resesi seperti saat ini.

Selain pengetatan kebijakan moneter yang disebabkan oleh inflasi tinggi, Arsjad mengungkapkan tantangan investasi menjadi hambatan lainnya dalam langkah Indonesia masuk ke perdagangan global saat ini.

Tantangan tersebut yakni daya saing UMKM yang belum optimal karena masih belum banyak UMKM yang dibina untuk menghasilkan produk berdaya saing global, terutama dalam aspek perizinan usaha, standardisasi sertifikasi, dan perluasan akses pasar secara global.

Kemudian, investor masih tertarik berinvestasi di Pulau Jawa serta implementasi Online Single Submission (OSS) di daerah masih belum sempurna dan merata, terutama di luar Pulau Jawa.

“Dalam menghadapi berbagai tantangan tersebut kita harus bergotong-royong bersama untuk mengambil peluang yang optimal dari perdagangan dan investasi global,” ungkapnya.

Arsjad mengatakan KADIN Indonesia mempunyai program untuk melindungi dan membantu UMKM serta industri kreatif dalam menghadapi beragam tantangan, termasuk legalisasi. KADIN Indonesia menggagas platform WIKI UMKM atau wikiwirausaha.id. Platform ini adalah ekosistem digital yang menjadi tempat dan wadah diskusi, mencari solusi, pelatihan, sekaligus menjadi jembatan penghubung UMKM, koperasi, startup dan pemerintah daerah.