Cara Sederhana Melihat Bangkitnya Industri Ritel Nasional
JAKARTA–Pandemi Covid-19 serta gonjang-ganjing krisis global telah memukul banyak pengusaha ritel nasional. Pandemi telah membuat 80-90 persen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia hampir lumpuh seiring dengan penerapan pembatasan aktivitas serta upaya-upaya lainnya dalam mengatasi pandemi.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan industri ritel di Indonesia mengalami pertumbuhan positif seiring dengan pemulihan kesehatan dan juga percepatan vaksinasi. Konsumsi dan daya beli masyarakat pun relatif meningkat.
Cara sederhana melihat bangkitnya industri ritel, kata Arsjad, dapat dilihat dari pusat perbelanjaan makin ramai di akhir pekan. “Orang-orang sudah kembali makan di luar. Coffee shop penuh dengan anak muda yang nongkrong dengan teman-temannya,” kata Arsjad, Jumat (19/8/2022).
Pengamatan Arsjad itu didukung data dari Bank Indonesia. Survei BI Survei Bank Indonesia menyatakan indeks penjualan riil (IPR) per Juni 2022 tumbuh 4,1% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 2.5%.
Arsjad mengatakan aktivitas penjualan eceran di Indonesia masih didominasi ritel tradisional seperti kios dan toko kelontong. Tetapi ritel tradisional ini termasuk paling rentang terhadap pandemi Covid-19. Jumlah ritel tradisional berkurang 1 juta unit selama kurun waktu empat tahun.
Menurut data Euromonitor yang dihimpun United States Department of Agriculture (USDA), pada 2021 ada 3,57 juta gerai ritel tradisional di Indonesia. Padahal, jumlah ritel tradisional di Indonesia mencapai 4,5 juta gerai. Dari sisi penjualan pun ritel tradisional berkurang 43% pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk mendorong kebangkitan ritel tradisional, Arsjad mengatakan KADIN telah menginisiasi berbagai program seperti adopsi digitalisasi dan fintek serta membuka akses kemudahan ekspor.
Arsjad menyatakan ritel tradisional dapat diberdayakan dengan teknologi yang tepat untuk terhubung ke lebih banyak pelanggan, merampingkan operasional, transaksi tanpa kontak dan tanpa uang tunai, bahkan mengumpulkan data untuk meningkatkan akses ke pembiayaan.