Demi Pariwisata, Tiket Pesawat Harus Merakyat

JAKARTA–Harga tiket pesawat sangat menentukan mobilitas masyarakat domestik dari satu provinsi ke provinsi lain. Fenomena harga tiket pesawat dalam negeri yang lebih mahal daripada ke luar negeri harus disikapi demi menopang pertumbuhan pariwisata dan ekonomi lokal.

Ketua TPN Ganjar Presiden yang juga adalah Pengusaha Nasional Arsjad Rasjid mengatakan, Indonesia sebagai negara kepulauan, yang terdiri atas ragam provinsi memang memiliki banyak kekayaan pariwisata, baik alam maupun budaya. Kekayaan tersebut harus menjadi lokomotif yang menggerakkan perekonomian, terutama sektor pariwisata.

Namun, salah satu kendalanya adalah harga tiket pesawat yang cenderung mahal untuk perjalanan domestik, yang menyebabkan masyarakat lebih memilih ke luar negeri daripada menghabiskan waktu di Indonesia.

“Kita akan kembali melihat postur biaya yang menjadi komponen utama sehingga mempengaruhi harga tiket di dalam negeri menjadi tinggi. Seharusnya insentif terbesar untuk pariwisata adalah harga tiket yang merakyat, sehingga wisatawan domestik bisa bepergian dari daerah ke daerah,” ujar dia.

Arsjad menegaskan, dengan memanfaatkan kekuatan domestik, pariwisata Indonesia seharusnya dapat bertumbuh. Daerah-daerah sudah memiliki kesadaran yang baik dalam menata pariwisatanya sesuai dengan standar dan tren saat ini. Hal ini demi memanjakan wisatawan agar menghabiskan waktu tinggal lebih lama dan membelanjakan duitnya untuk menopang perekonomian lokal.

“Masalah harga tiket yang tinggi harus dapat diselesaikan agar wisatawan domestik tidak asing dengan kekayaan pariwisata sendiri,” tegasnya.

Arsjad menambahkan, konflik geopolitik tentu saja menyebabkan penerbangan internasional menjadi berkurang dan niat untuk bepergian untuk wisatawan asing sedikit terpengaruh. Karena itu, kekuatan domestik menjadi andalan untuk pariwisata ke depan.

Tahun lalu, jumlah wisatawan domestik naik 40,1% menjadi 580 juta perjalanan. Sementara itu, jumlah wisatawan asing mencapai 4,04 juta perjalanan atau naik 105,9%. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi yang kondusif setelah pandemi dinyatakan berakhir.