JAKARTA–Ekonomi hijau melalui pengembangan energi hijau bakal menjadi salah satu industri yang berkembang dan memiliki prospek positif ke depan. Dengan adanya kesempatan dunia terhadap Net Zero Emission (NZE), ekonomi hijau tersebut bakal membawa sejumlah perubahan signifikan terhadap aliran pasokan energi dunia, berikut industri yang bakal berkembang.
“Ekonomi hijau dan energi hijau adalah benar-benar business of the future, not only the future, but business of today, yang akan berkembang pesat ke depan. Sudah tentu ada keuntungan dan membawa manfaat lebih besar. Kami mengajak semua pihak, termasuk pelaku usaha untuk segera terlibat di sektor ini,” ujar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid, pekan lalu.
Arsjad mengatakan, melalui kesempatan ASEAN Business Advisory Council (BAC) 2023, Indonesia bakal fokus mengadvokasi kebijakan yang mempromosikan energi terbarukan dan mendorong dekarbonisasi di Kawasan ASEAN, menyusul konsumsi energi fosil ASEAN meningkat berkali lipat dari US$50 miliar pada 2020.
ASEAN saat ini di hadapkan pada tantangan atas tuntutan konsumsi energi yang meningkat karena pertumbuhan industrialisasi yang cepat, serta meningkatnya standar hidup penduduk. Harga energi fosil terus meningkat dan ketergantungannya pada bahan bakar fosil terus berlanjut.
Menurut Badan Lingkungan Hidup Internasional, permintaan energi di ASEAN diperkirakan akan tumbuh sekitar 3% per tahun hingga 2030, dengan tiga perempat dari peningkatan permintaan itu dipenuhi oleh bahan bakar fosil.
“Tanpa tindakan yang kuat, konsumsi energi fosil ASEAN telah mencapai US$50 miliar pada 2020 dan akan meningkat berkali lipat pada 2040. ASEAN harus menjadi episentrum dalam mempromosikan energi bersih melalui penggunaan energi terbarukan dan elektrifikasi,” katanya.
Seperti diketahui, mencapai NZE 2060 atau lebih cepat, Indonesia tengah mempersiapkan proyek-proyek strategis yang melibatkan pengembangan energi baru dan teknologi pintar. Proyek-proyek tersebut sejalan dengan upaya pemerintah dalam melakukan transisi energi fosil ke energi listrik di sektor transportasi, mendorong energi baru terbarukan (EBT), dan melakukan co-firing bio massa di sejumlah PLTU, dan elektrifikasi industri.
Arsjad menegaskan, pihaknya terus mendorong agar proyek-proyek hijau bisa menarik di mata investor. Caranya dengan memastikan kelayakan bisnis dan ekosistem pendukung, termasuk komitmen dari sektor publik untuk memberikan insentif kepada proyek infrastruktur hijau.
Kolaborasi yang solid bersama pemerintah terus dilakukan, terutama untuk memastikan proyek-proyek hijau tersebut dapat menarik di mata investor, baik dari sisi regulasi, insentif, maupun komitmen publik yang terarah pada gerakan bersama ke depan.
Untuk itu, pengusaha membentuk Kadin Net Zero Hub sebagai wadah berdiskusi tentang teknologi untuk mewujudkan ekosistem rendah emisi di Indonesia. Para pembicara di Indonesia nantinya akan dibawa ke tingkat ASEAN. Dengan begitu, Indonesia tidak akan didikte oleh negara lain.
“Tekad Indonesia dalam mempromosikan NZE sudah tidak diragukan lagi. Sementara itu, potensi dari proyek-proyek hijau dan berkelanjutan sangat prospektif, mengingat Indonesia dianugerahi kekayaan sumber daya alam yang berlimpah, energi bersih, dan komoditas mineral,” kata dia.