Ekonomi Hijau, Masa Depan Indonesia Emas

JAKARTA–Ekonomi hijau menjadi salah satu ekonomi baru dalam misi calon presiden dan wakil presiden Ganjar-Mahfud untuk membuka pasar, memperluas lapangan kerja, dan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid mengatakan, ekonomi hijau yang digagas Ganjar-Mahfud meliputi beberapa matra, di antaranya pembenahan pada sektor transportasi, sektor industri, dan pasokan energi.

“Pertanian kita ke depan harus pertanian yang berkelanjutan, demikian juga pariwisata, dan industri secara keseluruhan. Kita ingin hidup dengan lingkungan yang sehat, tidak dirusak, yang bersih dan hijau. Itu gambaran Indonesia ke depan,” ujar dia.

Arsjad menjelaskan, untuk energi terbarukan, Indonesia memiliki energi surya, energi angin, dan energi air. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga terbarukan. Upaya itu dapat mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

Di sektor pertanian berkelanjutan, Indonesia peningkatan produktivitas pertanian dilakukan dengan mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia, serta menjaga kelestarian lingkungan.

Sementara itu, sektor pariwisata memiliki kekayaan alam yang melimpah, yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata alam. Pariwisata alam dapat menjadi sumber pendapatan yang penting bagi Indonesia, sekaligus mendukung pelestarian lingkungan.

Sementara itu, bakal calon Presiden RI Ganjar Pranowo menekankan optimalisasi ekonomi hijau, biru hingga digital sebagai ekonomi baru untuk membuka pasar dan kesempatan dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi mewujudkan Indonesia unggul.

“New economy untuk membuka market dan kesempatan baru, ada green, blue dan digital economy,” kata Ganjar dalam Sarasehan 100 Ekonom 2023 di Jakarta, Rabu.

Ganjar menuturkan 77 persen wilayah Indonesia berupa laut dan perairan, namun sektor maritim hanya berkontribusi 7,6 persen dari Produk Domestik Bruto pada 2021.

Menurut dia, masih banyak potensi sektor maritim yang perlu dikembangkan dan dioptimalkan untuk meningkatkan kontribusinya kepada perekonomian nasional. Dalam hal ini, diperlukan hasil-hasil riset baik dari universitas dan pelaku usaha.

Di sisi lain, mantan Gubernur Jawa Tengah tersebut mengatakan pengembangan ekonomi hijau dilakukan antara lain dengan transisi hijau menuju energi baru dan terbarukan untuk mencegah kerusakan lingkungan.

Ganjar menuturkan dibutuhkan investasi transisi energi nasional hingga 2030 sebanyak Rp1.300 triliun, dan angka tersebut dapat ditawarkan kepada para investor baik dari dalam maupun luar negeri untuk mengambil potensi investasi tersebut.

“Kalau kemudian kita investasi ke EBT ini sangat mahal sekali, maka kemudian saya tawarkan ke investor-investor dunia dan dalam negeri,” kata dia.