JAKARTA–UMKM adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Paslon Ganjar-Mahfud memahami kesulitan pelaku UMKM untuk mendapatkan modal kerja demi upaya naik kelas.
“35 persen kredit perbankan harus dialokasikan untuk pelaku UMKM. Visi kita adalah menciptakan pengusaha yang berkelanjutan, yang tumbuh dari UMKM. Kalau mereka tumbuh dan kuat, lapangan pekerjaan dan ekonomi Indonesia otomatis bertumbuh,” ujar Ketua TPN Ganjar Mahfud Arsjad Rasjid.
Karena itu, pihaknya berupaya untuk menciptakan lingkungan usaha yang mendukung pertumbuhan usaha ultra mikro dan UMKM, juga usaha-usaha yang mampu naik kelas secara konsisten.
“Ini diwujudkan melalui penataan dan implementasi regulasi untuk menjamin kepastian hukum serta menempatkan rakyat sebagai pusat dalam kegiatan berusaha,” katanya.
Ganjar mengatakan, pihaknya akan memastikan alokasi kredit perbankan minimal 35% untuk koperasi, UMKM, dan perusahaan rintisan diikuti dengan pelatihan serta fasilitasi akses pasar.
Ia mengakui bahwa salah satu masalah yang selama ini dihadapi oleh pelaku usaha UMKM adalah permodalan. Selama ini UMKM masih sulit mendapat akses perbankan karena berbagai alasan. Oleh karenanya duet Ganjar dan Mahfud berani menyebutkan bahwa ke depan alokasi kredit perbankan minimal 35% diberikan ke UMKM.
Hal ini ditegaskan kembali oleh Ganjar saat menghadiri Urban Sneaker Society (USS) di Jakarta pada awal November silam. Ganjar berkomitmen untuk membuka ruang dan kemudahan bagi para pelaku UMKM untuk berkembang. Salah satunya dengan menyediakan akses permodalan melalui kerja sama dengan perbankan.
“Ini sebenarnya hanya dibutuhkan keseriusan saja, kemauan dari satu dua bank yang bisa ditunjuk untuk kemudian dieksekusi. Sehingga kemudian mereka akan bisa mendapatkan itu,” ungkap Mantan Gubernur Jawa Tengah Tersebut.
Ketika menjabat Gubernur Jateng ia telah memulai dengan menggandeng Bank Jateng, meski ketika itu skalanya masih belum bisa optimal. Oleh karena itu, ia berjanji akan memudahkan akses modal ke depan.
“Ke depan ini memang harus ditindaklanjuti karena tadi keluhan para pelaku industri kreatif itu sama. Mau pinjam ke bank tidak punya agunan. Mereka berharap IP dan HAKI bisa dipakai. Aturan sudah ada, tinggal komitmen dan kemauan. Tunjuk saja satu atau dua bank untuk mengeksekusi, maka industri kreatif Indonesia pasti maju,” pungkasnya.