Gelombang PHK Ancam Optimisme, Insentif Dunia Usaha Perlu Didorong
JAKARTA–Gelombang PHK yang terjadi akhir-akhir ini, baik di industri padat karya maupun perusahaan startup dapat menjadi ancaman terhadap optimisme Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi tahun depan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasyid mengatakan, antara industri padat karya dan perusahaan start up memiliki alasan yang berbeda-beda di saat melakukan pemutusan hubungan kerja dengan sejumlah karyawan.
Industri padat karya, seperti tekstil, sepatu, dan alas kaki misalnya terjadi karena penurunan yang tajam terhadap pemintaan ekspor. Akibat perlambatan ekonomi yang terjadi di negara andalan tujuan ekspor, permintaan terhadap ekspor produk tekstil, sepatu, dan alas kaki menurun drastis.
Sementara itu, perusahaan start up kembali ke kinerja fundamental, setelah booming valuasi dari berbagai kucuran dana dari perusahaan venture. Tambalan dana tersebut perlu dikembalikan melalui laba perusahaan dan mengurangi beban perusahaan, termasuk operasional.
“Kita perlu solusi holistik bersama pemerintah agar pendekatan yang kita lakukan dalam menghadapi gelombang PHK ini tidak sampai menggerus optimism kita menghadapi ancaman resesi ke depan. Industri padat karya yang berorientasi ekspor perlu mendapat insentif di tengah kenaikan upah minimum,” kata Arsjad dalam keteranganya, Rabu (23/11/2022).
Beberapa alternatif insentif yang bisa dijajaki pemerintah, antara lain relaksasi pembayaran pajak, seperti yang dilakukan saat pandemi sedang di masa puncak, keringanan biaya produksi seperti melalui tagihan listrik, relaksasi pembiayaan kredit, dan modal kerja.
Arsjad menambahkan, di masa pelemahan ini, pengusaha dan pemerintah harus bahu membahu mencari solusi yang mengedepankan kepentingan rakyat banyak. Pasalnya, kekuatan ekonomi Indonesia tahun depan sangat ditentukan oleh konsumsi dalam negeri. Gelombang PHK dapat menurunkan daya beli dan perekonomian dalam negeri bisa stagnan.
“Hal ini yang patut kita hindari, karena kita akan terjebak di tengah-tengah. Ekspor melemah dan daya beli dalam negeri turun. Harus segera ada solusi,” katanya.