JAKARTA–Gaung KTT ASEAN ke-42 yang mengusung pertumbuhan ekonomi kawasan tanpa mengabaikan prinsip hakiki kemanusiaan merupakan langkah positif dan fundamental yang bakal membawa ASEAN sebagai episentrum dunia.
Prinsip kemanusiaan tersebut juga menjadi spirit yang terus menerus ditekankan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid dalam berbagai forum bisnis, dialog, dan negosiasi.
Bagi Arsjad Rasjid, yang juga adalah Ketua ASEAN Business Advisory Council (BAC) 2023, pertumbuhan ekonomi harus mengedepankan lima prinsip utama, yang diberi nama 5P, yakni People, Planet, Prosperity, Peace, dan Partnership.
Pembangunan berkelanjutan, kata dia, tidak hanya mengejar materi semata, tetapi juga harus fokus pada pengembangan karakter manusia dan budaya dengan mengedepankan lima prinsip utama tersebut.
“Kita perlu mindset baru untuk mewujudkan visi ekonomi yang berimbang dan adil. Mindset ini harus didasarkan pada nilai-nilai luhur ASEAN, dengan memberikan penghormatan terhadap keberagaman dan kolaborasi yang inklusif,” katanya.
Dalam keterangan persnya, Presiden Joko Widodo menegaskan, kesimpulan dari rangkaian KTT ASEAN yang dihadiri oleh para pemimpin dan delegasi dari negara-negara tetangga itu adalah perhatian yang serius terhadap kepentingan rakyat di kawasan.
Pertumbuhan ekonomi harus bermuara pada perbaikan hajat hidup masyarakat, terutama bagi mereka yang selama ini terabaikan dan terlecehkan. Salah satu contoh nyata adalah para pekerja migran, nelayan migran, dan perdagangan orang.
Joko Widodo juga menyatakan, para pemimpin ASEAN juga menyoroti dengan tegas kondisi konflik horizontal di Myanmar dan menegaskan pentingnya ASEAN membangun dialog dan keterlibatan dengan semua pemangku kepentingan di Myanmar.
“Engagement itu bukan recognition. Artinya sama sekali tidak dapat dibenarkan adanya konflik dan kekerasan. Kita membutuhan Myanmar untuk menjadi episentrum global, tetapi dengan Myanmar yang penuh perdamaian,” katanya.
Arsjad menegaskan, pihaknya selalu mengutamakan lima prinsip utama tersebut dalam membangun keterlibatan di sektor bisnis dengan semua pihak. Panggilan untuk memulihkan dunia harus didasarkan pada prinsip-prinsip tersebut, yang seharusnya sudah tertanam dalam setiap ajaran, etika, dan aturan.
“Prinsip kemanusiaan bukanlah hal yang baru, tetapi harus selalu diperbarui secara relevan. ASEAN sebagai episentrum dunia mutlak harus mengedepankan prinsip-prinsip tersebut. Pertumbuhan ekonomi tidak boleh meninggalkan siapa pun di belakang, termasuk Myanmar,” tambah dia.