Hilirisasi dan WTO Ujian Pemimpin Masa Depan

JAKARTA–Di era kepemimpinan Joko Widodo, Indonesia menghadapi gugatan negara-negara maju melalui WTO terkait larangan ekspor mineral. Negara-negara tersebut menginginkan keran ekspor tetap dibuka, terutama terkait nikel karena Indonesia memiliki sumber daya yang berlimpah atas komoditas tersebut.

Pengusaha Nasional dan Ketua TPN Ganjar Presiden Arsjad Rasjid mengatakan, ketegasan pemimpin Indonesia itu sangat dibutuhkan untuk mengimbangi hegemoni negara-negara maju dalam mengeksploitasi kekayaan sumber daya negara-negara lain.

Indonesia berhak mengatur kekayaan alamnya untuk kepentingan nasional, terutama terhadap komoditas yang berlimpah di Tanah Air. Nikel, bauksit, tembaga, dan mangan merupakan komoditas yang sangat dibutuhkan negara-negara ke depan.

“Kalau sampai pemimpin kita lemah, visi hilirisasi yang sudah dicanangkan sekarang akan berantakan. Hilirisasi harus merupakan keputusan bulat Indonesia ke depan yang tidak bisa diganggu gugat lagi,” ujar dia.

Arsjad menambahkan, dengan memasuki era transisi energi bersih, Indonesia telah sepakat memajukan elektifikasi dan terus berjuang menjadi salah satu pemimpin di pasar kendaraan listrik. Hal ini karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif, seperti komoditas unggul mineral tersebut.

“Larangan ekspor mineral mentah seperti nikel, bauksit, bijih timah, tembaga, mangan merupakan sikap yang tepat dan harus terus dipertahankan. Ke depan dunia akan bergantung pada komoditas tersebut,” kata dia.

Seperti diketahui, bakal calon presiden Ganjar Pranowo sendiri telah menyatakan ketegasannya untuk melanjutkan visi hilirisasi industri, termasuk terhadap kendaraan listrik. Dengan hilirisasi, masyarakat akan mendapatkan nilai tambah lebih besar dari pertumbuhan industri baru berbasis energi bersih.