JAKARTA–Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, industri kecantikan di dalam negeri sudah mulai berkembang. Hal ini dipicu oleh permintaan yang tinggi masyarakat terhadap produk-produk kecantikan lokal.
Menurut Arsjad, industri kecantikan di Tanah Air membutuhkan pengelolaan yang berkelanjutan, dengan membentuk ekosistem yang dapat mempermudah industri tersebut berkembang. Ekosistem yang saling mendukung, di antaranya dengan kehadiran pabrik-pabrik, outlet penjualan, investasi, dan akses yang mudah bagi para pembeli.
“Geliat industri kecantikan di dalam negeri sudah banyak dilirik oleh investor asing. Ini merupakan hal yang positif karena akan berdampak pada ekonomi nasional. Namun, perlu ada pembenahan dari hulu ke hilir sehingga membawa dampak ekonomi yang lebih besar,” ujar Arsjad.
Arsjad menegaskan, jumlah pabrik yang menyokong industri kecantikan masih belum banyak. Sementara itu, rantai pasok industri tersebut harus dipikirkan lebih matang, agar bisa menjangkau seluruh wilayah dengan merata.
Kata Arsjad, Indonesia adalah pasar yang besar dan minat masyarakat terhadap merek lokal harus terus didorong. Momentum tersebut dapat digunakan untuk memastikan produk lokal dapat menjadi raja di rumah sendiri.
BPS mencatat, industri kecantikan di Indonesia tumbuh sebesar 9,61% pada 2021. Hal senada juga dicatat BPOM, yang menyatakan kenaikan jumlah perusahaan di industri kecantikan menjadi 913 industri pada 2021, dibandingkan 819 industri kosmetik pada 2021.
Arsjad mengatakan optimistis industri kecantikan di Indonesia akan bertumbuh dengan pesat. Ia menilai, hiburan luar negeri, seperti K-Pop, sangat berperan dalam proses berkembangnya industri ini.
Meningkatkan aktivitas berbalanja pada industri kecantikan tidak lepas dari jumlah masyarakat di Indonesia yang mencapai 267 juta jiwa dengan populasi wanita 130 jiwa. Ditambah lagi segmen kaum adam yang tak kalah memperhatikan penampilan, membuat pasar produk kecantikan makin melebar.
“Kesadaran terhadap beauty, mungkin juga dipengaruhi Korea pop (KPop) dan sejenisnya. Selain itu balik lagi, populasi dan demografi Indonesia lebih banyak wanita, dibanding pria,” kata Arsjad.