KADIN Gandeng Inggris Perkuat Bisnis Hutan Regeneratif

JAKARTA–Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia dan Kedutaan Besar Inggris Jakarta menandatangani nota kesepahaman (MoU) program kemitraan untuk hutan regeneratif pada Selasa (30/4/2024). Perjanjian tersebut ditandatangani oleh Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey, dan Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid.

Arsjad mengatakan, penandatanganan itu menandai tonggak penting dalam kemitraan untuk kelestarian lingkungan dan aksi iklim. “Perjanjian baru ini akan berkontribusi pada visi Kadin untuk mendukung target pembangunan sosial, ekonomi, dan ekologi Indonesia serta iklim melalui kehutanan regeneratif,” kata Arsjad.

Arsjad mengatakan, melalui Program Kemitraan untuk Hutan (P4F), pemerintah Inggris telah mendukung Kadin Indonesia dalam mendirikan Kadin Regenerative Forest Business Hub (RFBH). RFBH merupakan pusat terpadu bagi dunia bisnis untuk membantu menghadapi tantangan dan peluang yang dihadapi dunia usaha kehutanan, dampak dari peraturan baru di sektor ini.

Ia mengatakan, perjanjian baru tersebut melanjutkan kolaborasi Inggris-Kadin Indonesia di sektor ini. “Omnibus Law dan Peraturan Kehutanan Multiguna yang baru memungkinkan dunia usaha untuk melakukan transisi dari pengelolaan hutan berbasis kayu ke multi-produk. Dengan undang-undang ini, pengusaha kehutanan didesak untuk meningkatkan nilai lahan melalui pengembangan hutan campuran dan menjajaki kegiatan bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya.

Arsjad mengatakan, dengan mengelola konsesi secara lebih aktif dan berkelanjutan, profitabilitas usaha kehutanan akan meningkat dan pada saat yang sama mendukung kegiatan pengelolaan hutan regeneratif yang mengintegrasikan model bisnis multi-produk, termasuk agroforestri, Pembayaran Jasa Ekosistem (PES), dan Produk Hasil Hutan Non-Kayu (NTFP).

“Kehutanan regeneratif mewakili pendekatan holistik terhadap pengelolaan lahan yang memprioritaskan restorasi dan pelestarian ekosistem sekaligus memanfaatkan kapasitasnya untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer,” tuturnya.

Arsjad mengatakan, konsep kehutanan regeneratif tidak hanya memberikan manfaat langsung terhadap lingkungan. Hal ini, kata dia, dapat meningkatkan keanekaragaman hayati, menjaga daerah aliran sungai, dan meningkatkan kesehatan tanah sehingga memperkuat ketahanan masyarakat terhadap kerusakan akibat perubahan iklim.

Arsjad mengatakan, kehutanan regeneratif memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, menciptakan lapangan kerja yang ramah lingkungan, mendukung mata pencaharian lokal, dan mendorong pembangunan berkelanjutan.

“Untuk mencapai target iklim guna membatasi pemanasan global hingga 1,5C, diperlukan upaya kolektif, dan sektor swasta karena pengaruhnya yang signifikan terhadap emisi global, konsumsi sumber daya, dan inovasi memiliki peran yang penting,” kata dia.

Arsjad mengatakan, bisnis kehutanan regeneratif bisa menjadi masa depan di mana profit dan tujuan sosial serta lingkungan dapat tercapai. “Melalui kemitraan dengan Kadin Indonesia, Inggris menunjukkan komitmennya dalam berinvestasi dan mendukung pertumbuhan bisnis berkelanjutan di Indonesia. Hal ini juga merupakan bagian dari komitmen Inggris melalui pendanaan sebesar 11,6 miliar Poundsterling untuk sektor iklim internasional dari tahun 2021 hingga 2026,” ucap dia.

Sementara itu Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey mengatakan, kolaborasi berkelanjutan dengan Kadin merupakan contoh dari komitmen Inggris untuk mendukung ambisi iklim Indonesia dalam melindungi dan memulihkan alam sekaligus mendorong investasi dalam bisnis ramah lingkungan.

“Inggris dan Indonesia bersatu sebagai mitra yang kuat dalam mengatasi tantangan global perubahan iklim. Kedua negara berkomitmen terhadap target perubahan iklim yang nyata dan merupakan pemimpin dalam mewujudkan dunia yang lebih sehat, adil, dan berketahanan,” kata dia.

Jermey optmistis, perjanjian baru tersebut akan semakin mendukung kinerja Kadin dalam mengembangkan usaha kehutanan regeneratif di Indonesia. “Dengan memobilisasi investasi pada alam dan melakukan tindakan kolaboratif, kita dapat memetakan arah menuju masa depan yang lebih hijau, berketahanan, adil, dan berkelanjutan untuk semua,” kata dia.