KADIN Indonesia Siap Tingkatkan Kerja Sama Dagang dengan Palestina
JAKARTA– Dukungan yang konsisten dari pemerintah Indonesia terhadap Palestina sejak negara tersebut mendeklarasikan kemerdekaan pada 1988 perlu diperluas dengan kerja sama dagang yang sifatnya non blok, inklusif, dan berkelanjutan. Keberpihakan pada nilai-nilai perdamaian dan kemanusiaan merupakan landasan yang kokoh dalam mengimplementasikan kerja sama dagang tersebut.
Mengkaji berbagai peluang dan prospek ekonomi Palestina, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menyakini hubungan dagang kedua negara dapat ditingkatkan melalui komunikasi yang intens bersama PCCIA (Federation of Palestinian Chambers of Commerce, Industry and Agriculture) dengan fokus pada di bidang teknologi digital, UMKM, pertanian, industri marmer, industri pariwisata rohani dan pengembangan SDM.
Keyakinan tersebut disampaikan oleh Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid, menanggapi pertemuan KADIN Indonesia bersama Perdana Menteri Palestina Mohamad I M Shtayyeh di sela-sela lawatannya ke Indonesia pada Senin (24/10/2022).
Delegasi Palestina yang hadir, antara lain Menteri Luar Negeri Palestina Riad N A Malki, Gubernur Otoritas Moneter Palestina Feras A H Milhem, Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair S M AlShun, dan Presiden Federasi PCCIA Omar M S Hashem.
Sementara itu, KADIN Indonesia diwakili oleh Wakil Ketua Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta Kamdani, Wakil Ketua Hubungan Internasional Bernardino Vega, Ketua Komite Tetap Hubungan Timur Tengah dan OKI Dharma Djojonegoro, dan Ketua Komite Bilateral Indonesia Palestina KADIN Indonesia Riva Setiawan.
Arsjad mengungkapkan, pihaknya sangat mengapresiasi upaya Palestina untuk mendorong pertumbuhan ekonominya di tengah komplikasi masalah yang sedang dihadapi. Selain tantangan geopolitik yang belum berakhir, pengakuan dunia internasional yang berdampak pada hubungan bilateral, pandemi juga turut mempengaruhi aktivitas ekonomi negara tersebut. Pada tahun lalu, Palestina mencatat nilai perdagangan sebesar US$1,5 juta atau menurun dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar US$3,6 juta karena komplikasi masalah tersebut.
Kendati demikian, prospek kerja sama bilateral antara Indonesia-Palestina dapat ditingkatkan karena rata-rata lima komoditas besar, antara lain bahan bakar mineral, komoditas pertanian, komoditas makan industri, dan pakan ternak siap saji yang dibutuhkan Palestina saat ini harusnya dapat diserap oleh Indonesia. Sebaliknya, Indonesia dapat meningkatkan permintaan untuk kurma dan minyak zaitun, juga berkembang ke produk lainnya.
“Kadin akan terus mendorong hubungan yang kuat dan mendukung rakyat Palestina melalui keterlibatan ekonomi yang sifatnya non blok, inklusif, dan berkelanjutan. Perdamaian di Palestina harus terus didorong dan pengembangan ekonomi menjadi persyaratan kunci untuk mencapai perdamaian tersebut,” ujar dia.
Arsjad menegaskan, selain produk pertanian prospek lain yang dapat dikembangkan dari kerja sama bilateral tersebut adalah ekonomi digital, industri pariwisata, dan kerja sama pengembangan SDM. KADIN terus mengikuti pertumbuhan startup di seluruh wilayah Palestina, khususnya di Rammalah. Pertumbuhan digital itu ditopang oleh penduduk usia muda dan lulusan baru sekitar 3000 orang muda Palestina yang unggul dan siap kerja setiap tahunnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Ketua Komite Bilateral Indonesia Palestina KADIN Indonesia Riva Setiawan menambahkan, Indonesia memiliki kemudahan untuk meningkatkan kerja sama bilateral dengan Palestina karena telah memiliki pengalaman dan dasar kesepahaman bersama. Sejak 2018, melalui Perpres No 34/2018, Indonesia-Palestina sepakat untuk meningkatkan hubungan persahabatan dan persaudaraan kedua negara, penguatan kerja sama dagang, dan peningkatan dukungan Indonesia untuk kehidupan sosial dan kemandirian ekonomi Palestina. Salah satu kesepakatan konkrit adalah penghapusan tarif bea masuk produk kurma dan minyak zaitun dari Palestina.
“Fasilitas dagang tersebut telah memberikan daya tarik tersendiri bagi wujud konkrit kerja sama dagang kedua belah pihak, dan mudah-mudahan dapat diberlakukan juga untuk produk-produk lain dalam rangka meningkatkan hubungan dagang antara kedua negara,” kata Riva.
Seperti diketahui, dalam catatan USComtrade, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan bersama Palestina sebesar US$8,7 juta dalam 20 tahun terakhir. Nilai ekspor Indonesia ke Palestina sepanjang 20 tahun terakhir mencapai US$20,2 juta, sedangkan impor sebesar US$11,5 juta. Hingga Juli 2022, nilai perdagangan kedua negara naik 21,28 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Riva menegaskan, pihaknya mendukung berbagai inisiatif pemerintah Indonesia dalam mengupayakan dan memperjuangkan solusi demi terciptanya stabilitas politik dan meningkatkan kerja sama dagang dengan Palestina.
“Kami berkomitmen mendukung solusi dua negara yang sedang bertingkai dan semua kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia untuk mempromosikan perdamaian jangka panjang. Perdamaian global tidak hanya soal Rusia-Ukrania dan mengabaikan masalah yang ada di Palestina,” kata dia.