Kadin Ingatkan Tantangan Pendidikan dan Pekerjaan Era 4.0
YOGYAKARTA–Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, mengingatkan tantangan pendidikan dan pekerjaan pada era industri 4.0. Era ini ditandai dengan otomatisasi dan ekonomi hijau. Untuk itu, penting membangun platform teknologi pendidikan yang dapat meningkatkan dan melatih kembali tenaga kerja secara nasional.
Arsjad Rasjid menyatakan tenaga kerja Indonesia harus mampu beradaptasi pada era industri 4.0. Arsjad mengungkapkan kesiapan tenaga kerja dan pendidikan di masa depan itu dalam webinar hybrid terkait dengan pendidikan dan peluang kerja di masa depan, Senin (15/8/2022). Webinar ini merupakan rangkaian Side Event B20 The Future of Work & Education (FOWE) Task Force.
Webinar itu merumuskan rekomendasi, yaitu pemulihan pascapandemi melalui penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan, peningkatkan sistem pembelajaran seumur hidup yang berorientasi pada kebutuhan industri kebutuhan, serta memastikan pemulihan pascapandemi bersifat inklusif dan adil, terutama terhadap mereka yang rentan dalam angkatan kerja.
Arsjad menambahkan pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. Lewat peraturan itu, pemerintah mendorong keterlibatan dunia usaha, termasuk Kadin Indonesia bersama kementerian dan lembaga diarahkan untuk menyelaraskan pendidikan dan pelatihan vokasi.
Arsjad memaparkan laporan terbaru Mckinsey menyatakan bahwa 30% pekerja global dapat digantikan oleh otomatisasi pada tahun 2030. Peran TI tradisional secara bertahap akan hilang, digantikan oleh teknologi kecerasan buatan (AI) dan proses otomatis.
Tenaga kerja manual seperti admin untuk input data juga akan digantikan dengan program yang lebih efisien dan hemat biaya. Tidak hanya itu, industri yang tidak sejalan dengan narasi keberlanjutan, seperti pertambangan batu bara dan pengeboran bahan bakar fosil, juga secara bertahap akan beralih ke sektor yang lebih hijau.
“Kita harus melihat ini secara positif, kehilangan pekerjaan berarti penciptaan lapangan kerja baru,” kata Presiden Direktur Indika Energy Tbk ini.
Arsjad mengatakan green skills atau keterampilan hijau sangat penting untuk transisi menuju ekonomi hijau. Organisasi Buruh Internasional memperkirakan bahwa 24 juta pekerjaan di seluruh dunia dapat diciptakan oleh ekonomi hijau pada tahun 2030.
Namun, kata Arsjad, tantangannya adalah untuk melatih kembali dan meningkatkan keterampilan mereka yang pekerjaannya digantikan oleh sektor hijau. Misalnya pekerja dari sektor batu bara ke industri terbarukan.
“Indonesia harus menghadapi masalah ini sebagai bangsa, tapi mari kita fokus pada kekuatan kita,” ujar Arsjad. ”Kolaborasi antara penyedia pendidikan, industri, dan regulator diperlukan.”
Arsjad juga menekankan pentingnya pendidikan dalam menyongsong era Industro 4.0. Pengusaha dapat berkontribusi dengan membangun platform teknologi pendidikan yang dapat meningkatkan dan melatih kembali tenaga kerja secara nasional. Industri pun dapat berkolaborasi secara lebih proaktif dengan lembaga pendidikan publik untuk merancang kurikulum.
Perusahaan yang sedang bertransisi dan terlibat dalam sektor baru, lanjut Arsjad, perlu memberikan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan karyawan yang berisiko kehilangan pekerjaan karena otomatisasi dan keterampilan yang tidak lagi relevan dengan masa depan.
Arsjad mengharapkan Pemerintah harus memastikan kebijakan dan peraturan yang adil dan inklusif bagi semua orang yang berkepentingan, menciptakan peluang kerja yang layak dan tidak meninggalkan siapa pun. Selain itu, anggaran untuk konektivitas dan pendidikan pun perlu ditingkatkan.
“Jelas, kita tidak bisa melakukan ini sendirian; Kemitraan publik-swasta yang lebih erat diperlukan untuk mempercepat transisi ke masa depan pekerjaan,” kata Arsjad.