KADIN Ingin Bawa Ekspor UMKM Lampaui Tiongkok
JAKARTA–Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bertekad membawa ekspor produk-produk UMKM Indonesia ke luar negara melampaui Tiongkok di atas 60 persen. Target tersebut terbilang ambisius mengingat saat ini kontribusi ekspor produk UMKM baru sekitar 14 persen.
“Bertepatan dengan G20, sebagai host of B20, KADIN tengah menginisiasi berbagai program dalam rangka mendukung UMKM naik kelas. Program-program tersebut diharapkan mampu mengantar UMKM pada ekosistem usaha yang lebih luas, baik di dalam maupun di luar negeri,” kata Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid dalam keterangannya, Selasa (25/10/2022).
Inisiatif-inisiatif itu, antara lain melalui Wiki-Wirausaha, yaitu platform yang menghubungkan pelaku UMKM dengan pengusaha dan menyediakan berbagai pelatihan serta pendampingan serta KADIN Tech Hub yang menjembatani solusi atas persoalan digitalisasi yang dihadapi UMKM.
Ada juga KADIN International Trading House yang menjadi penengah dalam menghubungkan pelaku UMKM dengan pasar global dan domestik. KADIN juga memiliki inisiatif program Inclusive Closed-Loop atau pendampingan melekat yang menjembatani pelaku UMKM dengan multipihak dalam membentuk ekosistem usaha dari hulu ke hilir untuk mendukung peningkatan produksi dan usaha pelaku UMKM.
Arsjad Rasjid mengatakan, sebagai rumah bagi semua pelaku usaha, melalui program-program tersebut, KADIN mendorong agar pelaku UMKM dapat mengembangkan usahanya secara maksimal. Program-program tersebut dirancang dengan prinsip-prinsip inklusif, inovatif, kolaboratif, dan berkelanjutan yang terbuka pada kerja sama global.
Melalui B20, KADIN telah memperjuangkan agar UMKM mendapat perhatian utama karena di setiap negara-negara berkembang, UMKM justru menjadi motor pertumbuhan ekonomi.
Kontribusi ekspor UMKM saat ini masih terbilang rendah. Pada 2020, jumlah ekspor non-migas UMKM berada di kisaran 15,56 persen, sementara itu partisipasi UMKM dalam rantai nilai global baru mencapai 4,1%.
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekspor produk UMKM mencapai 21,60 pada 2024. Angka tersebut masih kalah dengan ekspor UMKM saat ini untuk Singapura yang mencapai 41 persen, Thailand 29 persen, Jepang 25 persen, dan Tiongkok 60 persen.
Arsjad menambahkan, banyak bisnis besar yang saat ini bertumbuh justru berawal dari UMKM. Dengan mindset yang tepat dan kemajuan usaha yang konsisten, UMKM bakal bisa naik kelas. KADIN bertekad untuk membantu UMKM bisa naik kelas melalui kolaborasi yang inklusif, dimulai dari negara-negara G20.
Kata Arsjad, UMKM menjadi pilar terpenting dalam struktur perekonomian Indonesia. Merujuk data Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2021, jumlah UMKM mencapai 64,2 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai Rp8.573,89 triliun.
UMKM juga mampu menyerap dan memberikan lapangan kerja bagi 97 persen dari total tenaga kerja yang ada atau sekitar 117 juta pekerja yang mayoritas merupakan kaum perempuan, mencapai 64,5%. Hal ini memperlihatkan bahwa UMKM ini sangat penting dalam menopang ekonomi rumah tangga mayoritas rakyat Indonesia.
Menurut dia, ada tiga hal fundamental yang seyogyanya dilakukan pelaku UMKM untuk dapat naik kelas, yakni dengan mendefinisikan strategi bisnis dengan jelas, memiliki sistem dan SOP sesuai kapasitas, dan ambil keputusan berdasarkan riset dan pengalaman pembelajaran.
“Jangan lupa selalu ingat kemballi tujuan awal membangun usaha, konsisten dengan sistem dan SOP sesuai kapasitas, dan bijaklah mengambil keputusan dengan melihat kembali performa bisnis,” kata Arsjad.