KADIN Siapkan Resep Imun Resesi untuk UMKM

JAKARTA – Di tengah ancaman resesi ekonomi global yang diperkirakan akan berdampak ke ekonomi nasional tahun depan, pelaku UMKM disarankan untuk ancang-ancang melakukan sejumlah langkah antisipatif agar tidak ikut terseret. Kerja sama multipihak dengan basis value of gotong royong menjadi salah satu kunci untuk menyelamatkan sektor yang berkontribusi 64 persen terhadap GDP nasional dan 90 persen tenaga kerja di Indonesia.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid, yang tampil sebagai pembicara bertajuk “Empowering Indonesia’s MSME and Firming Indonesia Economic State” dalam gelaran Indonesia Knowledge Forum (IKF) yang diselenggakan BCA Learning Service di Jakarta, pada Selasa (18/10/2022).

Arsjad mengungkapkan, pelaku UMKM sudah menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi berbagai tantangan ekonomi, termasuk pada krisis ekonomi 1998 dan gelombang pandemi COVID-19 yang baru saja melewati titik didih. Ketangguhan tersebut akan kembali diuji karena badai resesi yang disebabkan oleh konflik geopolitik Rusia dan Ukraina.

Karena perang tersebut, rantai pasok global terganggu dan menyebabkan kelangkaan serta kenaikan harga energi, bahan baku, dan bahan pangan. Imbasnya adalah inflasi yang bergerak liar di negara-negara maju, yang ikut menyeret ekonomi global ke arah resesi.

“Ada implikasi berantai yang bisa sampai ke Tanah Air dan berdampak pada UMKM, seperti biaya produksi yang akan naik karena bahan baku masih bergantung pada impor. Inflasi yang tidak terkendali bisa menyebabkan daya beli masyarakat menurun karena harga-harga akan naik, sehingga otomatis akan berdampak ke pendapatan dan cash flow pelaku UMKM,” ujar dia.

Arsjad menegaskan, pelaku UMKM bisa lepas dari jeratan perlambatan ekonomi global tahun depan dengan melakukan langkah antisipatif, terutama dalam tiga hal, yakni transformasi usaha ke ranah digital, inovasi produk dan perluasan akses pasar sesuai dengan tren saat ini, serta memperkuat rantai pasokan domestik.

“Yang cepat masuk ke digitalisasi akan bertahan. Sayangnya baru 20 persen UMKM yang masuk ke digital, dan ini menjadi PR kita. Inovasi produk sesuai dengan tren saat ini, seperti yang dilakukan pelaku UMKM pada saat pandemi, pemasaran melalui online, dan memperkuat rantai pasok domestik, seperti untuk bahan baku, tenaga kerja, pasar menjadi kunci bagi UMKM bisa kembali melewati tantangan tahun depan,” tegas dia.

Dalam forum yang sama, Pengamat Ekonomi Chatib Basri mengatakan, Indonesia bakal tidak sampai terperosok ke jurang resesi tahun depan. Kondisi ekonomi Indonesia masih kuat, tetapi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal terkoreksi sekitar 4 persen. Salah satu kekuatan ekonomi Indonesia adalah bertumpu pada pasar domestik.

“Yang selalu menyelamatkan Indonesia dari krisis ekonomi dan pandemi adalah karena Indonesia belum banyak terlibat dalam ekosistem perdagangan global. Di saat ekonomi negara maju merosot, negara-negara yang bergantung pada negara maju tersebut akan ikut melorot. Sementara Indonesia masih memiliki pasar domestik. Sayangnya, di saat ekonomi global mulai pulih, pertumbuhan Indonesia bakal kembali melambat,” kata dia.

Arsjad menambahkan, untuk memperkuat ekonomi domestik, Indonesia harus kembali pada value of gotong rotong, seperti yang ditunjukkan bangsa ini ketika bahu membahu melawan COVID. KADIN telah menerjemahkan semangat gotong royong tersebut, termasuk untuk mendorong UMKM agar naik kelas, dengan berbagai inisiatif.

Inisiatif-inisiatif itu, antara lain melalui Wiki-Wirausaha, yaitu platform yang menghubungkan pelaku UMKM dengan pengusaha dan menyediakan berbagai pelatihan serta pendampingan, KADIN Tech Hub yang menjembatani solusi atas persoalan digitalisasi yang dihadapi UMKM, KADIN International Trading House yang menjadi penengah dalam menghubungkan pelaku UMKM dengan pasar global dan domestik, serta Inclusive Closed-Loop atau pendampingan melekat yang menjembatani pelaku UMKM dengan multipihak dalam rangka membentuk ekosistem usaha dari hulu ke hilir untuk mendukung peningkatan produksi dan usaha pelaku UMKM.

“Kita harus saling mempromosikan UMKM, menciptakan iklim usaha yang positif, kolaboratif inklusif, membangun UMKM yang inovatif dan tahan banting. Salah satunya dimulai dengan mencintai produk dalam negeri,” tutup dia.