Ketua Umum Kadin Ungkap Sektor Prioritas Investasi Perusahaan Australia di Indonesia
JAKARTA–Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid mengungkapkan tiga sektor prioritas utama yang dapat meningkatkan hubungan dagang Indonesia dan Australia. Tiga sektor prioritas itu adalah yaitu kesehatan digital, kendaraan listrik, dan transisi energi.
“KADIN siap memfasilitasi dan membantu investasi di pasar Indonesia yang terus berkembang, kami akan memastikan bahwa ini akan menjadi kemitraan yang saling menguntungkan,” kata Arsjad dalam forum bisnis di Canberra Australia, Senin (1/8/2022).
Kadin Indonesia menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Ketua Kamar Dagang dan Industri Australia. Selain penandatangan MoU hubungan perdagangan dan investasi, Indonesia juga mengundang Australia hadir dalam B20 Indonesia Summit 2022 di Bali, 13-14 November 2022.
Penandatanganan MoU perdagangan dan investasi itu memperbarui nota kesepahaman yang ditandatangani pada 2016.Acara pendantanganan nota kesepahaman itu dihadiri pula Duta Besar Indonesia untuk Australia, Siswo Pramono, dan delegasi pemimpin bisnis Indonesia.
Dalam sektor kesehatan digital, Indonesia mengalami pertumbuhan pesat tahunan sebesar 60 persen. Pendapatan industri kesehatan digital di Indonesia diperkirakan mencapai US$973 pada 2023.
“Kesehatan digital memainkan peran kunci dalam sistem perawatan kesehatan Indonesia dan Australia,” turut Arsjad.
Beberapa perusahaan Australia telah berhasil investasi di bidang ini. Perusahaan yang berbasis di Canberra, Aspen Medical, menginvestasikan US$1 miliar dolar untuk membangun 23 rumah sakit dan 650 klinik di Jawa Barat. Sementara Ramsay Health Care yang berbasis di Sydney mengoperasikan tiga rumah sakit di Indonesia
Kata Arsjad, Australia telah berhasil memberikan perawatan kesehatan kepada jutaan orang Australia sehingga ada peluang seperti pelatihan kemampuan dalam pelatihan kejuruan dokter, perawat, dan teknisi.
“Ada lebih banyak ruang untuk kolaborasi. Membangun ekosistem layanan kesehatan digital kelas dunia di Indonesia untuk populasi Indonesia yang besar dan terus bertambah,” ucap Arsjad.
Di sektor kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) , Australia sebagai produsen Lithium dunia telah memanfaatkan ekosistem kendaraan listrik bersama Indonesia. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah untuk mendukung transisi, termasuk bahan baku untuk memproduksi baterai EV.
Indonesia telah melakukan upaya yang signifikan untuk mempercepat proliferasi
kendaraan elektrik melalui beberapa keputusan presiden dan menteri. Misalnya, Peraturan Presiden (Perpres) nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.
“Australia dan Indonesia harus bergabung karena keduanya memiliki akses ke sumber daya alam dan memanfaatkan Indonesia yang terjangkau dan berlimpah tenaga kerja,” kata Arsjad.
Pada sektor transisi energi, Indonesia telah mengumumkan komitmen untuk inisiatif perubahan global, termasuk mencapai nol emisi pada tahun 2060 atau lebih awal. Indonesia menghadirkan lebih dari 400 Gigawatt (GW) potensi sumber daya terbarukan, yang sebagian besar masih belum dimanfaatkan. Saat ini kapasitas energi baru dan terbarukan yang terpasang adalah 10GW dan diproyeksikan mencapai 32GW pada 2030.
Beberapa perusahaan Australia telah berinvestasi di bidang energi baru dan terbarukan antara lain Fortescue Metals Group, Ltd yang berkomitmen untuk berinvestasi sebesar US$10 Miliar pada pembangkit listrik tenaga air dan proyek panas bumi. Perusahaan lainnya adalah SunCable yang menginvestasikan US$1,5 miliar dalam proyek interkonektor.
“Kami ingin mengundang lebih banyak perusahaan Australia untuk merebut peluang kerjasama win-win dengan Indonesia,” kata Arsjad.