Komitmen Ganjar-Mahfud untuk Masyarakat Sehat

JAKARTA–Ganjar Pranowo-Mahfud MD akan membawa masyarakat Indonesia menuju masyarakat sehat, kuat, dan mandiri. Calon presiden dan wakil presiden nomor 3 ini memiliki berbagai program kesehatan yang menjangkau segenap lapisan masyarakat.

Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid mengatakan, salah satu persoalan yang menjadi perhatian serius dari duet Ganjar-Mahfud adalah masalah pemberantasan gizi buruk dan busung lapar atau yang dikenal dengan stunting.

Dalam visi dan misinya, pasangan tersebut menempatkan pasokan gizi untuk anak hingga usia lima tahun sebagai prioritas. Disebutkan bahkan target prevalensi tengkes (stunting) di bawah 9% serta ibu dan ayah menjadi penjaga kesehatan keluarga. Bandingkan saat ini, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 21,6% sementara target yang ingin dicapai adalah 14% pada 2024.

“Target untuk menurunkan prevalensi stunting hingga 9% bukan target yang main-main. Kita akan berantas gizi buruk dan busung lapar hingga ke pelosok-pelosok. Generasi masa depan bangs akita harus diselamatkan. Kita tidak ingin ada yang tertinggal dalam mencapai visi Indonesia Emas ke depan,” ujar dia.

Arsjad menambahkan, untuk mengatasi permasalahan akut tersebut, Ganjar Mahfud menargetkan program kesehatan jiwa dan raga, yang di dalamnya tertera program riil untuk menyediakan satu desa satu faskes, dan satu dokter atau tenaga kesehatan (nakes).

Ada juga program layanan Konsul Keliling (KOLING). Tenaga kesehatan berkeliling dari pintu ke pintu rakyat untuk memberikan pelayanan dan pendataan status kesehatan, serta asistensi rujukan.

Program lainnya adalah Ibu Sehat, Anak Sehat. Dukungan gizi dan akses layanan kesehatan selama masa kehamilan dan menyusui. Pasokan gizi untuk anak usia dibawah lima tahun.

Arsjad menegaskan, negara harus hadir di setiap fase kehidupan mulai dari gratis biaya sekolah, layanan mental health, simplifikasi BJPS, dan jaminan hari tua untuk lansia.

“Inilah rangkaian dari upaya kami menurunkan angka stunting, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Lalu satu keluarga miskin satu sarjana, satu desa satu faskes dan satu nakes,” tandas Arsjad.