Manfaatkan Insentif, KADIN Ajak Pengusaha Tingkatkan Vokasi

JAKARTA–Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia mendorong para pengusaha untuk memanfaatkan insentif yang diberikan pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas SDM di Tanah Air. Ketersediaan SDM yang berkualitas sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mencapai tujuan Indonesia emas pada 2045.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsad Rasjid mengatakan, hingga saat ini kualitas SDM Indonesi masih tergolong rendah. “Perlu ada upaya serius bersama dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM yang setara dengan kemajuan industri 4.0 saat ini,” kata Arsjad dalam keterangannya, Rabu (26/10/2022).

Indonesia, kata Arsjad, memiliki kekayaan yang melimpah dari sisi sumber daya manusia maupun sumber daya alam. Hingga pertengahan 2022, jumlah penduduk Indonesia 275,77 juta jiwa yang mayoritas kelompok usia produktif.

Arsjad menegaskan komitmen KADIN untuk mengembangkan pendidikan vokasi agar kompetensi dan sumber daya wirausaha muda bisa semakin ditingkatkan. Sejalan dengan salah satu pilar yang diusungnya, yakni meningkatkan kewirausahaan dan kompetensi, upaya ini juga dilakukan untuk membantu memulihkan ekonomi nasional.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Arsjad sebagai anggota Tim Tim Koordinasi Nasional Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. Asrjad menjadi anggota bersama dengan lima menteri Jokowi lainnya, seperti tertuang dalam Pasal 19, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.

“Secara organisasi KADIN Indonesia terlibat untuk bisa melakukan perbaikan dalam pendidikan vokasi, termasuk menyelaraskan pendidikan dan pelatihan vokasi sehingga tenaga kerja memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan pada akhirnya dapat menekan pengangguran,” ujar Arsjad.

Arsjad berpendapat tenaga kerja Indonesia harus mampu beradaptasi pada era revolusi industri 4.0. Apalagi, saat ini adopsi digitalisasi perusahaan Indonesia baru sebesar 20 persen, sedangkan di negara lain seperti Singapura, Korea, dan Tiongkok sudah mencapai 40 persen. Untuk itu, agar SDM tetap mampu bersaing di era digital, perlu menambah kemampuan dengan cara reskilling atau upskilling.

Dengan pelatihan vokasi yang dikembangkan secara luas di berbagai kota, Arsjad juga berharap dapat mendorong minat masyarakat untuk berwirausaha, sehingga mampu membuka lapangan kerja baru dan menekan angka pengangguran.

Menurut Arsjad, ke depan, KADIN bisa meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah, akademisi, juga berbagai komunitas masyarakat untuk mengoptimalkan pelatihan vokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja dan dunia industri.

“Kolaborasi antara dunia usaha dengan dunia pendidikan sangat penting karena zamannya sudah beda sehingga prosesnya berubah ditambah teknologi berubah dengan cepat. Dengan demikian ada link and match atau menghubungan antara universitas dengan dunia usaha supaya sejalan dengan apa yang diperlukan oleh dunia usaha saat ini,” kata Arsjad.

Arsjad menambahkan, pemerintah telah serius mendorong sektor swasta untuk terlibat dalam meningkatkan kualitas SDM di Indonesia melalui insentif Super Tax Deduction. Hal ini dilakukan dalam rangka mengejar ketertinggalan Indonesia atas kebutuhan terhadap SDM yang berkualitas dan sesuai dengan tren ke depan.

Menurut data BPS, tenaga kerja Indonesia saat ini didominasi oleh lulusan SD atau yang belum atau tidak menamatkan pendidikan SD sebesar 39,10 persen. Tenaga kerja dengan pendidikan terakhir SMP berjumlah 18,23 persen, SMA 18,23 persen, dan SMK 11,95 persen. Sementara itu, lulusan diploma sebesar 12,60 persen.

Demi menangguk ceruk dari pasar digital Indonesia sebesar US$315 miliar pada 2030, Indonesia membutuhkan sekurang-kurangnya 600 ribu talenta digital per tahun atau 9 juta talenta digital untuk 15 tahun ke depan.

Talenta digital tersebut minimal menguasai kecakapan digital, seperti Coding, IoT, Artificial Intelligence, Machine Learning, Cloud Computing, Cyber Security, Digital Entrepreneurship, Digital Communication, Big Data Analytics, Augmented Reality, Virtual Reality, serta Digital Marketing.

“Saya mengajak seluruh pengusaha agar dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk berkontribusi terhadap peningkatan kualitas SDM Indonesia. Dengan sendirinya skala ekonomi, baik produksi dan penjualan kita akan naik, apabila didukung oleh SDM yang mumpuni,” kata dia.

Melalui Super Tax Deduction, pemerintah memberikan insentif pengurangan penghasilan bruto sebesar 200 persen bagi pengusaha yang mengeluarkan biaya untuk kegiatan praktik kerja, magang, atau pun literasi.

Pemerintah juga memberikan insentif yang sama sebesar 300 persen bagi perusahaan yang terlibat dalam kegiatan litbang tertentu.