JAKARTA–Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia terus berinovasi untuk memberikan solusi bagi pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat. Langkah konkrit yang dilakukan antara lain mendorong potensi lokal di daerah tertentu untuk memiliki pasar sendiri.
Salah satu inisiatif baru KADIN adalah upaya untuk menghidupkan industri hulu hilir bambu, yang dimulai dari Provinsi NTT. Provinsi tersebut memiliki sejumlah hutan bambu, yang potensial untuk dikembangkan menjadi industri yang berdaya saing.
Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid mengungkapkan, pihaknya mendorong agar bambu sebagai tanaman rakyat memiliki pasar yang potensial, baik di dalam maupun di luar negeri. Karena itu, langkah pertama yang dilakukan adalah membentuk ekosistem ekonomi bambu, sehingga terbentuk alur permintaan dan penawaran.
“Selain berakhir dengan beragam produk kerajinan, bambu memiliki sejumlah potensi ekonomi, di antaranya memperkaya arsitektur dan bangunan, sumber energi baru terbarukan, dan promosi ekonomi hijau. Potensi tersebut sangat relevan dengan tren ekonomi saat ini,” ujar dia.
Melalui Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, KADIN telah menandatangi nota kesepahaman dengan Yayasan Bambu Lestari, yang saat ini bergerak memajukan industri bambu di NTT. Dalam nota kesepahaman tersebut, butir penting yang disepakati adalah industri bambu harus lahir dari pemberdayaan masyarakat, dari ekonomi kerakyatan.
Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan KADIN Bambang Brodjonegoro mengatakan, misi KADIN di bambu adalah mendorong lahirnya ekonomi kerakyatan. Bambu sebagai tanaman rakyat dapat diolah dalam berbagai produk dan sumber energi.
“Dalam kerja sama ini, kami menegaskan bahwa pemanfaatan bambu harus datang dari bambu yang diusahakan dan diolah oleh masyarakat. Jadi, kita ingin masyarakat merasakan dampak langsung dari ekosistem ekonomi yang akan kita tumbuhkan,” katanya.
Bambang menambahkan, peran KADIN adalah memfasilitasi agar pemerintah, pelaku usaha dan industri, baik di dalam maupun di luar negeri memiliki perhatian dalam menumbuhkan sentra industri bambu. Berbagai kebijakan skala nasional dibutuhkan untuk mengembangkan bambu sebagai sumber ekonomi rakyat.
Arsjad menegaskan, daerah seperti NTT yang memiliki ragam jenis bambu tentu akan sangat terbantu apabila pasar bambu dapat terbentuk. Bambu sudah menjadi tanaman yang melekat dalam kehidupan keseharian masyarakat NTT. Namun, pengembangan ekonomi dari bambu hingga kini belum maksimal.