Menghubungkan UMKM Korea Selatan dan Indonesia
JAKARTA–Mewujudkan komitmen untuk memperluas pasar UMKM, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia terus bergerak melalui diplomasi ASEAN Business Advisory Council (BAC) 2023. Kali ini, sasarannya adalah pasar UMKM Korea Selatan.
Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid mengungkapkan, pihaknya berupaya untuk meyakinkan pemerintah Korea Selatan serta pelaku usaha dan industri negeri tersebut untuk sama-sama membuka kesempatan dan memberikan tempat bagi UMKM dari masing-masing negara untuk bertumbuh.
“Kami datang ke Korea Selatan dengan ragam misi, salah satunya adalah menyambungkan pasar UMKM Korea Selatan dan pasar UMKM Indonesia,” ujar Arsjad.
Arsjad Rasjid bersama rombongan berada di Seoul pada 7 – 9 Juni 2023 lalu. Misi utamanya adalah mempromosikan Keketuaan ASEAN 2023 dengan Indonesia sebagai tuan rumah.
Dia juga mengundang Korea Selatan untuk berinvestasi di ASEAN. Pintu masuk untuk kerja sama multilateral tersebut dapat dikaji lebih detil dalam event ASEAN Business & Investment Summit (ABIS) 2023 dan SEAN Business Awards (ABA) 2023 di Jakarta, pada 3 – 4 September mendatang.
Arsjad menegaskan, setelah lebih dari 50 tahun menjalin kemitraan dan kerja sama di berbagai sektor, saatnya bagi Korea Selatan dan Indonesia lebih mempererat hubungan tersebut dengan membangun konektivitas yang inklusif dari kedua negara, terutama untuk memperluas pasar UMKM.
Hal ini dilakukan mengingat budaya Korea Selatan sangat populer dan diterima luas di Indonesia. Sebaliknya, Indonesia juga memiliki ragam kekayaan budaya dan ekonomi kreatif yang dapat diperkenalkan kepada masyarakat Korea Selatan.
Seperti diketahui, Indonesia dan Korea Selatan telah meratifikasi Persetujuan Indonesia-Korea Selatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) pada 2020. Hal ini sangat menguntungkan ekspor produk UMKM karena 11.267 produk Indonesia dapat dipasarkan ke Korea Selatan dengan tarif nol persen.
Arsjad menegaskan, kunci keberhasilan berikut dalam menghubungkan UMKM Korea Selatan dan Indonesia adalah penggunaan QR Code. Inovasi pembayaran digital tersebut dapat mempermudah transaksi pasar terbuka dari produk UMKM masing-masing negara.
“Apabila QR Code dapat diterima dan disepakati Indonesia-Korea Selatan sebagai sistem pembayaran resmi, kita hanya perlu menggunakan mata uang lokal untuk berbelanja produk UMKM dari masing-masing negara. Tidak perlu lagi harus dikonversi,” tegas dia.
Arsjad menambahkan, Korea Selatan, Indonesia, dan negara-negara ASEAN lainnya sangat bergantung pada UMKM. Lebih dari 80% pelaku usaha dari negara-negara tersebut didominasi oleh pelaku UMKM, yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan pekerjaan, dan kesejahteraan.
“Keterbukaan pasar dengan kemudahan pembayaran merupakan salah satu cara untuk saling terhubung, saling memperkuat, untuk menciptakan sentralisasi pertumbuhan ekonomi yang kuat di kawasan ASEAN dan Asia,” kata dia.