Merambah Jalan ASEAN Menjadi “The New China”
JAKARTA–Dengan posisinya yang strategis dan memiliki sejumlah keunggulan komparatif, baik dari sisi pasokan mineral dunia, pangan, dan pertanian, ASEAN bakal menjadi “The New China” dalam memainkan peran penting terhadap rantai pasokan global.
Hal ini disampaikan Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid yang juga Ketua Forum ASEAN Business Advisory Council (BAC) 2023 saat berada di Kuala Lumpur baru-baru ini, dalam rangka roadshow ASEAN BAC 2023.
Arsjad mengungkapkan, ketegangan geopolitik dan perang dagang yang dingin antara China dan negara-negara Eropa saat ini secara tidak langsung menguntungan negara-negara ASEAN. Negara-negara Eropa mulai mengalihkan investasinya ke negara-negara ASEAN yang jauh lebih murah biayanya ketimbang di China.
Di sisi lain, negara-negara ASEAN memiliki kelebihan dalam hal kekayaan mineral, yang saat ini kembali meledak untuk proyeksi lanskap ekonomi global ke depan. Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, sedangkan Filipina terbesar keempat di dunia. Jika kedua negara ini digabung, cadangan nikel negara ASEAN dapat mencapai 50% dari kebutuhan dunia.
“Dengan lanskap ekonomi global yang mengarah pada energi bersih, ekosistem kendaraan listrik bakal berkembang pesat. Negara-negara ASEAN yang memiliki sumber kekayaan mineral akan memegang peranan penting ke depan. Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam sama-sama berada pada jalur tepat menuju industri kendaraan listrik,” ujar dia.
Arsjad menambahkan, karena ketegangan geopolitik yang masih berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina, kondisi pangan dan pertanian global bakal menjadi perebutan ke depan. Sementara itu, posisi China yang berseberangan dengan Eropa dapat menjadi keuntungan bagi ASEAN.
“Karena apabila 10 negara anggota ASEAN dapat menyatukan kesepahaman, rantai pasok pangan dan pertanian tersebut dapat menjadi salah satu pilar ASEAN menuju rantai pasok global,” tegas dia.
Menurut Arsjad, pihaknya selalu membuka diri untuk bekerja sama dengan China. Namun, kerja sama tersebut harus bermuara pada penciptaan nilai tambah dan bukan ekspor produk mentah. Dengan penciptaan nilai tambah, ekonomi negara-negara ASEAN dapat terus bertumbuh secara berkesinambungan.