Net Zero Emission Harus Jadi Landasan Pertumbuhan Ekonomi ASEAN
JAKARTA–Indonesia bakal fokus mengadvokasi kebijakan yang mempromosikan energi terbarukan dan mendorong dekarbonisasi di Kawasan ASEAN, menyusul konsumsi energi fosil ASEAN meningkat berkali lipat dari US$50 miliar pada 2020.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, ASEAN saat ini di hadapkan pada tantangan atas tuntutan konsumsi energi yang meningkat karena pertumbuhan industrialisasi yang cepat, serta meningkatnya standar hidup penduduk. Harga energi fosil terus meningkat dan ketergantungannya pada bahan bakar fosil terus berlanjut.
Menurut Badan Lingkungan Hidup Internasional, permintaan energi di ASEAN diperkirakan akan tumbuh sekitar 3% per tahun hingga 2030, dengan tiga perempat dari peningkatan permintaan itu dipenuhi oleh bahan bakar fosil.
“Tanpa tindakan yang kuat, konsumsi energi fosil ASEAN telah mencapai US$50 miliar pada 2020 dan akan meningkat berkali lipat pada 2040. ASEAN harus menjadi episentrum dalam mempromosikan energi bersih melalui penggunaan energi terbarukan dan elektrifikasi,” ujar Arsjad dalam keterangannya, Senin (16/1/2023).
Arsjad menambahkan, berkaca pada pelaksanaan B20 lalu, kekuatan kemitraan publik dan swasta dapat membuka jalan bagi Indonesia untuk mencapai target NZE. Hal tersebut menghasilkan kesepakatan kerja sama senilai US$20 miliar dalam memobilisasi pembiayaan publik dan swasta dan bantuan untuk mendukung Indonesia mencapai NZE.
Seperti diketahui, dalam mencapai NZE 2060 atau lebih cepat, Indonesia tengah mempersiapkan proyek-proyek strategis yang melibatkan pengembangan energi baru dan teknologi pintar. Proyek-proyek tersebut sejalan dengan upaya pemerintah dalam melakukan transisi energi fosil ke energi listrik di sektor transportasi, mendorong energi baru terbarukan (EBT), dan melakukan co-firing bio massa di sejumlah PLTU, dan elektrifikasi industri.
“Jalan menuju dekarbonisasi dan NZE tidak mudah bagi negara mana pun. Sangat penting untuk berkolaborasi dan bermitra untuk transisi energi hijau. Indonesia berharap negara-negara lain dan para pemimpin global dapat bergabung ke ASEAN dan siap mempelopori perubahan tersebut,” katanya.
Menurut Arsjad, 8 dari 10 negara ASEAN telah komit untuk mencapai NZE. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara tersebut perlu meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam kebutuhan listriknya. Komitmen untuk mempercepat transisi energi bersih harus menarik investasi sektor energi, yang diharapkan jauh lebih tinggi.
“Kami akan membangun pusat keunggulan karbon untuk mempersiapkan industri agar terpanggil untuk menguji pasar karbon secara sukarela, mempelajari cara menggunakannya, dan mempromosikan proyek penghasil kredit karbon yang ramah lingkungan dan menguntungkan, “ kata dia.