BALI–Proses transisi energi menuju emisi nol karbon akan dihadapi semua orang termasuk pelaku industri. Transisi menuju bisnis berkelanjutan menjadi upaya dunia usaha bertahan hidup.
“Mengubah cara menjalankan bisnis sekarang menjadi keharusan. Produk kita sejauh ini tidak memenuhi standar emisi rendah yang ideal. Kita harus melepas kenyamanan kita dalam menjalankan business as usual selama ini,” kata Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid dalam Indonesia Net Zero Summit 2022: Industrial Decarbonization At All Cost di di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Jumat (11/11/2022).
Indonesia Net Zero Summit 2022 merupakan rangkaian acara B20 yang diselenggarakan pada 13-14 November. Acara ini dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan; Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia; Ketua Otoritas Jasa Keuangan, Mahendra Siregar; Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura, jajaran pengurus KADIN, serta kalangan industri.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat, saat ini 76 persen energi yang digunakan oleh industri manufaktur masih berasal dari energi fosil. Total keseluruhan konsumsi energi di sektor pengolahan berasal dari sumber energi listrik (23 persen), batubara (33 persen), gas (33 persen), bahan bakar minyak (10 persen), dan LPG (1 persen).
Arsjad menambahkan, komitmen melakukan dekarbonisasi industri kini lebih dari sekadar janji atau mengikuti tren ekonomi hijau. Di bawah perhatian dunia usaha internasional serta tuntutan dari pasar global untuk dunia usaha yang lebih berkelanjutan dan bertanggungjawab, kredibilitas suatu perusahaan sedang dipertaruhkan.
Arsjad pun menegaskan bahwa proses transisi energi menuju emisi nol karbon diharapkan tidak meninggalkan siapa pun di dunia ini. Arsjad menegaskan bahwa langkah transisi menuju ekonomi berkelanjutan tidak dapat dibuat dengan mengorbankan orang miskin dan rentan. Untuk itu, nilai-nilai bangsa seperti gotong royong dan bhineka tunggal ika menjadi sangat relevan.
Dalam konteks global, Arsjad pun memperkenalkan konsep 5P, yaitu Peace, Properity, People, Planet dan Partnership. Konsep Peace menjadi poin vital dalam transisi energi. Tanpa perdamaian, kata Arsjad, usaha apapun akan sia-sia.
Adapun Properity atau kemakmuran berkontribusi pada realisasi perdamaian. Visi ini akan mengakhiri sosial dan kesenjangan ekonomi meminimalkan peluang konflik yang berakar pada kesenjangan dan ketidaksetaraan.
Dalam konsep People, Arsjad menekankan pentingnya pengembangan, keterampilan, dan otonomi sebagai individu yang berkontribusi pada kepuasan, pembangunan ekonomi, dan kemakmuran. Sama pentingnya dengan pelestarian planet yang memastikan umur panjang dan kesehatan manusia.
Terakhir, partnership yang mempercepat dunia dalam mencapai tujuannya tanpa meninggalkan siapa pun. Untuk itu, Arsjad melihat pentingnya kemitraan global dan solidaritas internasional.
Hal senada diungkapkan Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Norimasa Shimomura. Ia menegaskan, transisi menuju bisnis berkelanjutan adalah upaya dunia usaha untuk bertahan hidup. Konsumen sekarang, ungkap Norimasa, lebih peka terhadap isu sosial dan lingkungan.
Norimasa menambahkan dalam menjalankan skema dekarbonisasi industri ke depan, Indonesia harus menetapkan target hasil akhir dengan rentang waktu yang jelas. “Jangan berkompromi dan menawar-nawar lagi. Harus ada target yang tegas dengan timeline yang jelas. Komitmen ini harus lebih serius karena kali ini akan ada pendampingan dan dukungan dari Kadin dan UNDP,” katanya.