JAKARTA–Komitmen untuk mengedepankan Net Zero Emission (NZE) negara-negara ASEAN telah bergeser menuju kenyataan dengan sejumlah inisiatif yang bakal disepakati dan ditandatangani pada KTT ASEAN 2023 mendatang.
ASEAN Business Advisory Council (BAC) 2023 menjadi pelopor dalam mewujudkan serangkaian inisiatif nyata bagi ASEAN dalam mendorong target pencapaia NZE dan pembangunan berkelanjutan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia sekaligus Ketua ASEAN BAC 2023 Arsjad Rasjid mengatakan, KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo beberapa waktu lalu telah menyepakati bahwa pembangunan berkelanjutan menjadi visi bersama ASEAN.
Kesepakatan tersebut mencakup pengurangan emisi karbon, promosi industri hijau, dan pemanfaatan energi terbarukan, termasuk pengembangan kendaraan listrik.
Pembangunan berkelanjutan tersebut bakal mengubah lanskap ASEAN secara drastis dalam menegosiasikan posisi tawarnya di mata internasional, termasuk terhadap arah dan tujuan pertumbuhan ekonomi bersama. Dampak nyatanya adalah berkurangnya ancaman dari perubahan iklim dan kontrol terhadap faktor eksternal, yang mendadak dapat mengubah total lanskap sosial dan ekonomi masyarakat.
“Semua negara di ASEAN telah menyadari hal itu dan berkomitmen penuh untuk mewujudkan berbagai inisiatif terkait NZE dan mengedepankan pembangunan berkelanjutan, untuk mitigasi dan perubahan ke depan yang lebih baik,” ujar dia.
Arsjad menjelaskan, langkah nyata perubahan untuk NZE tertuang dalam ASEAN Taxonomy menuju NZE. Inisiatif berkelanjutan yang tertuang dalam program tersebut, antara lain mendukung pelaku industri dan bisnis dalam mengurangi emisi karbon dan bertransisi ke masa depan yang berkelanjutan.
Hal ini dilakukan melalui ASEAN Net Zero Hub dan ASEAN Carbon Center of Excellence. Kedua inisiatif itu memberikan platform bagi para pemangku kepentingan untuk bertukar pengetahuan dan praktik terbaik dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencapai netralitas karbon. Kolaborasi antara pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil diharapkan mendorong dekarbonisasi di sektor industri ASEAN.
ASEAN BAC menunjukkan komitmennya dalam mendorong industri yang berkelanjutan dan hijau. Industri berkelanjutan dan hijau akan menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan. Untuk itu, promosi pembangunan berkelanjutan di sektor swasta sangat penting dilakukan.
“Transisi membutuhkan komitmen besar dan harus kita bayar mahal. Namun, memang harus kita lakukan karena manfaatnya akan dirasakan oleh anak cucu kita di masa mendatang. Terlebih, ASEAN menyumbang sekitar 8 persen emisi karbon global dan termasuk dalam kawasan yang rentan terhadap perubahan iklim. Karena itu, kita harus ambil tindakan nyata dari sekarang,” ujar Arsjad.